5 Cara Agar Anak Tidak Jadi Korban Bully

Pada dasarnya kita semua ingin merasa berharga untuk orang lain. Perilaku bully atau mengintimidasi dapat mengancam keinginan mendasar manusia itu, mendistorsi pengertian kita tentang nilai dan membuat kita merasa sakit, tidak berharga, tidak berdaya dan akhirnya bisa mengganggu mental kita. Bully atau intimidasi datang dalam berbagai bentuk, fisik, maupun verbal atau kata-kata. Dan bisa dialami semua umur, dewasa maupun anak-anak. 

Perilaku mengintimidasi (yang artinya ada yang diintimidasi) telah ada selama ribuan tahun. Terasa akrab tapi tidak nyaman dan nyaris tidak mungkin dihindari, entah itu di rumah, bis sekolah, taman bermain termasuk di sekolah, bahkan di dalam kelas. Perilaku mengintimidasi zaman sekarang mungkin lebih bahaya karena kehadiran dunia maya. Tanpa perlu berhadap-hadapan, anak-anak kita bisa menjadi korban atau pelakunya lewat ponsel, media sosial atau email. Intimidasi lewat dunia maya dikenal dengan istilah cyber bullying. 

Tapi ingat, tidak ada anak yang benar-benar tidak berdaya. Orang tua janganlah ikut tidak mampu menyelesaikan masalah ini. Dr. Joseph Shrand, instruktur psikiatri di Harvard Medical School, asisten psikiater anak Massachusetts General Hospital, dan seorang dokter di CASTLE (Clean and Sober Teens Living Empowered) di Brockton, M, memberikan tips agar anak tidak menjadi korban bullying. 

Inilah lima hal yang perlu Anda obrolkan dengan anak tentang bullying guna menggerakkan pola pikir mereka dari merasa kecil menjadi merasa kuat dan berharga.

1. Pengintimidasi berusaha mengambil sesuatu darimu: Rasa percaya diri
Orang tua dapat mengingatkan anak bahwa betapa berharga dan menakjubkannya mereka. Tidak ada pengintimidasi yang bisa mengubah hal itu. Bantulah agar anak merasa dirinya berharga. Anak yang percaya diri, biasanya lebih jarang menjadi target intimidasi. Anak perlu tahu bahwa bukan saja orang tua akan melindunginya tapi juga dia bisa melindungi dirinya sendiri dengan memahami apa yang diinginkan pengintimidasi: merasa kuat dengan mengecilkan orang lain.

2. Kumpulkan teman di sekelilingmu
Menjadi berharga dapat diterjemahkan dengan memiliki banyak teman. Pengganggu sering menargetkan anak yang terlihat lemah, terisolasi, dan sendirian. 
Orang tua dapat menciptakan cara agar anak memiliki banyak teman, untuk dihargai tidak hanya oleh keluarga tapi juga teman-temannya. Undang teman-teman anak  Anda untuk bermain di rumah. Jalin hubungan dengan orang tua mereka. Dorong anak ikut kegiatan ekstrakurikuler. Bantu anak yakin betapa berharganya mereka. Orang tua tidak perlu ragu membantu anak membangun relasi sosial yang sehat.

3. Jangan pernah sendirian dengan Si Pengganggu
Menjadi terlihat adalah langkah pencegahan. Jika seorang anak mencoba melecehkan, buat itu terlihat. Seorang peleceh yakin anak tidak akan berani melawan, apalagi di depan publik. Dorong anak selalu bersama sahabat-sahabatnya dan jika terjadi pelecehan, gertak Si Peleceh seperti ini, "Hei, kamu mencoba menggangguku?" Biarkan orang lain tahu.

4. Mengintimidasi bukan perilaku yang boleh ditoleransi
Orang tua tidak perlu memecahkan masalah Anda sendiri. Berbicara dengan orang dewasa lain yang Anda percaya (misalnya guru di sekolah) mengenai strategi  bagaimana menghadapi pengganggu. Orang tua harus mengatasi rasa takut anak-anak bahwa mereka akan jadi korban balas dendam karena mengadu.
Tegaskan kepada anak: Dia tidak boleh menjadi orang yang pasrah ditindas atau mentolerir intimidasi terhadap orang lain! Jangan cuma berdiri jika melihat orang lain ditindas. Orang lain, guru, teman-teman dapat membantu mencegah intimidasi. Jumlah yang banyak (orang-orang di sisi Anda dan anak) dapat menyelamatkan.

5. Jangan kehilangan empati
Kita semua ingin dihargai, termasuk Si Pengganggu. Ini bukan berarti  Anda menoleransinya. Ajarkan anak untuk merasa kasihan karena Si Pengganggu adalah orang yang kehilangan arah, tidak dihargai di lingkungannya sehingga mencari penghargaan dengan menakut-nakuti orang lain. Ajarkan anak bahwa semua orang sebenarnya berharga, hanya terkadang terlalu frustasi untuk didengar dan dimengerti.(LT)


Ditinjau oleh: Agustina, Cht.,CGA, M.Psi., Psikolog 

0 Response to "5 Cara Agar Anak Tidak Jadi Korban Bully"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

loading...

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

loading...