4 Jenis Kurang Gizi yang Paling Umum Pada Anak Usia Sekolah




Anak usia sekolah (6-12) sangat membutuhkan makanan penuh zat gizi untuk menunjang kebutuhan dan perkembangannya. Namun ternyata, masih ada beberapa anak-anak yang justru mengalami kekurangan zat gizi, khususnya kekurangan zat gizi mikro. Apa saja kasus kekurangan gizi yang paling sering terjadi?


Zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah kecil dalam tubuh namun memiliki dampak yang sangat besar dalam menjalankan metabolisme. Dalam berita yang dimuat dalam laman Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, anak-anak memiliki tiga masalah utama kurang gizi yakni kekurangan zat besi, vitamin A, dan yodium. Meskipun sekarang 3 masalah ini sudah mulai membaik, para orang tua harus tetap waspada. Serta, ada satu lagi yang sekarang ini juga harus dipantau yakni kekurangan vitamin D. 


Untuk mengenali apa saja jenis kekurangan gizi yang perlu orangtua waspadai, simak penjelasannya di bawah ini.


1. Kurang zat besi


Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO memperkirakan bahwa sekitar 53 persen anak usia sekolah mengalami anemia defisiensi besi secara global. Khususnya pada negara berkembang. Besi berfungsi untuk membawa oksigen ke semua sel-sel tubuh agar dapat bekerja dengan baik.


Anemia defisiensi besi merupakan kondisi di mana tubuh kekurangan zat besi sehingga terjadi penurunan jumlah sel darah merah. Anemia defisiensi besi memberikan dampak yang parah terhadap perkembangan kognitif dan fisik anak.  


Studi menunjukan, dengan jumlah besi yang cukup di dalam tubuh anak, makan anak akan mengalmi peningkatan konsentrasi, kinerja di sekolah dan prestasi belajarnya. 


Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, penyebab anemia defisiensi besi pada anak berusia diatas 5 tahun hingga remaja adalah karena perdarahan berlebih, dan menstruasi berlebihan khusus pada anak perempuan. Kondisi perdarahan dapat disebabkan karena adanya infeksi cacing, contohnya cacing tambang.


Gejala yang paling sering ditemukan adalah



  • Kulit selalu pucat

  • Lemas

  • Mudah lelah

  • Mudah mengalami infeksi sebab menurunnya daya tahan tubuh

  • Menurunnya prestasi belajar

  • Nafsu makan berkurang


Menurut Dietitians of Canada, sumber makanan yang kaya akan zat besi antara lain:



  • Daging sapi

  • Ikan

  • Daging ayam

  • Bayam

  • Brokoli

  • Hati

  • Kacang-kacangan seperti almond dan mete

  • Tempe


Untuk membantu mengoptimalkan penyerapan zat besi dari sumber makanan nabati seperti bayam, brokoli dan lain-lain, diperlukan juga konsumsi vitamin C yang cukup untuk membantu penyerapannya optimal di dalam tubuh.


2. Kurang yodium


Kekurangan yodium (iodium) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di beberapa negara berkembang. Tubuh tidak bisa memproduksi yodium sendiri, sehingga yodium sangat penting didapatkan dari makanan sehari-hari. Yodium bisa ditemukan di berbagai macam makanan, antara lain:



  • Ikan

  • Rumput laut

  • Susu dan produk susu lainnya

  • Telur

  • Udang


Secara alamiah, makanan sehari-hari memang tidak begitu banyak mengandung yodium. Di beberapa negara, yodium dimasukan ke dalam bahan tambahan pangan, salah satunya garam dapur. Di Indonesia sendiri yodium ditambahkan dalam garam dapur untuk menaggulangi permasalahan kurang yodium yang biasa disebut dengan GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium).


Yodium adalah salah satu zat gizi penting yang dibutuhkan oleh tubuh untuk produksi hormon tiroid. Ketika tubuh mengalami kekurangan yodium, maka kelenjar tiroid mengalami pembesaran untuk menangkap yodium sebanyak-banyaknya dari makanan yang masuk ke dalam tubuh. Pembesaran kelenjar tiroid juga dikenal dengan istilah gondok.


Kondisi kekurangan yodium yang semakin parah bisa menyebabkan keterbelakangan mental dan kelainan perkembangan pada anak-anak yang disebut dengan kreatinisme. Anak mungkin memiliki perawakan pendek dan mengalami gangguan kemampuan mendengar dan berbicara.


3. Kurang vitamin A


Menurut WHO, kekurangan vitamin A memengaruhi sekitar 85 juta anak usia sekolah di dunia dan merupakan masalah yang sering dihadapi oleh negara-negara di Afrika dan Asia Tenggara.


Kekurangan vitamin A merupakan penyebab kebutaan utama yang dapat dicegah pada anak-anak. Jenis kekurangan gizi ini juga menyebabkan gangguan fungsi kekebalan tubuh, metabolisme zat besi yang buruk, dan infeksi saluran pernapasan akut.


Mengatasi kekurangan vitamin A sangat penting untuk kelangsungan hidup anak. Pentingnya vitamin A bahkan di beberapa negara termasuk Indonesia memberikan suplementasi vitamin A, bahkan sejak anak berusia 6 bulan. Vitamin A juga bisa didapatkan dari berbagai sumber makanan.


Sumber vitamin A dapat diperoleh antara lain dari:



  • Hati

  • Ikan

  • Minyak ikan

  • Susu yang diperkaya vitamin A

  • Telur

  • Margarin yang diperkaya vitamin A

  • Sayuran


4. Kurang vitamin D


Kurang vitamin D adalah salah satu jenis kekurangan gizi yang harus diperhatikan pada anak dalam masa pertumbuhan. Sebab, kekurangan vitamin D pada masa ini sangat berbahaya bagi pertumbuhan.


Vitamin D sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tulang. Bukan hanya itu, vitamin ini juga yang membantu menyerap dan memertahankan kalsium dan fosfor di dalam tubuh agar dapat membangun tulang yang kuat.


Jika anak kekurangan vitamin D, maka anak berisiko mengalami perkembangan motorik yang tertunda atau terhambat, terjadi kelemahan otot, dan patah tulang.


Anak-anak yang memiliki risiko kekurangan vitamin D antara lain adalah anak yang biasanya kulitnya selalu tertutup, memiliki kelainan organ tertentu seperti penyakit hati atau ginjal, dan anak yang lebih menghabiskan sebagian besar waktu mereka di dalam rumah serta sehingga tidak mendapatkan banyak paparan sinaar matahari.


Sumber vitamin D dapat didapatkan dari:



  • Keju

  • Hati sapi

  • Keju

  • Kuning telur


0 Response to "4 Jenis Kurang Gizi yang Paling Umum Pada Anak Usia Sekolah"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

loading...

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

loading...