Balita Juga Bisa Stres! Ini Tanda-tandanya yang Harus Ortu Pantau
Meski belum cukup banyak makan asam garam kehidupan, bukannya tidak mungkin balita stres. Justru sebenarnya anak-anak lebih rentan mengalami stres dibandingkan orang dewasa. Pasalnya, mereka belum belajar bagaimana cara yang efektif untuk menyelesaikan masalah di segala situasi. Lantas, apa penyebab stres pada balita dan bagaimana cara orangtua mengatasinya?
Sekilas tentang stres
Stres biasanya dimulai dari rasa kewalahan akibat banyaknya tekanan dari luar dan dalam diri seseorang yang telah berlangsung cukup lama. Stres itu sendiri adalah reaksi tubuh terhadap perubahan situasi fisik atau emosional yang tak terduga, sehingga tubuh akan bereaksi dan meresponnya sebagai upaya perlindungan. Tubuh bereaksi terhadap stres dengan memberi respon fisik, mental, dan emosional.
Tubuh bereaksi terhadap segala hal yang dianggapnya sebagai bahaya, entah itu benar-benar membahayakan atau tidak. Ketika tubuh merasa terancam, maka di dalam tubuh akan terjadi reaksi kimia yang memungkinkan Anda untuk melindungi diri. Saat tubuh Anda merespon stres, Anda akan merasakan denyut jantung meningkat, pernapasan lebih cepat, otot menegang, dan tekanan darah meningkat.
Kemampuan mengolah stres manusia sudah dimulai di usia 3 tahun pertama kehidupan.
Kenapa balita stres?
Pemicu stres setiap orang berbeda-beda. Penyebab balita stres pada umumnya karena lapar, bosan, kesepian, atau mengantuk tetapi mereka tidak bisa memenuhi keinginan ini karena satu dan lain hal.
Anak-anak seringnya belum mengerti benar tentang sensasi menakutkan yang timbul sebagai respon stres ini. Mereka juga belum begitu bisa menjelaskan apa yang mereka rasakan atau menggambarkan situasi tidak nyaman atau menakutkan yang mereka alami.
Akhirnya, mereka memperlihatkan apa yang mereka rasakan melalui perilaku. Contohnya, lewat menangis tanpa henti atau ledakan tantrum. Itu semua bisa menjadi cara anak untuk memberi tahu orangtuanya bahwa ada sesuatu hal mengancam atau menakutkan yang mereka alami.
Lalu, apa dampak stres pada balita?
Stres berkepanjangan pada anak-anak akan berdampak pada fungsi otaknya. Stres pada balita yang terjadi secara terus menerus dapat memaksa otak memproduksi hormon stres kortisol dalam jumlah tinggi secara permanen.
Hormon kortisol yang terus menerus sangat tinggi akan membuat tubuh selalu merasa tegang dan waswas setiap saat. Kadar kortisol dalam otak yang selalu tinggi juga dapat menyulitkan anak untuk mengendalikan stres di usia dewasa. Jika tidak ditangani dengan baik, stres pada balita dapat meningkatkan risiko anak depresi dan mengembangkan perilaku agresif seiring bertambahnya usia.
Seperti apa tanda-tanda balita stres ?
Ada tanda-tanda yang bisa orangtua amati yang menandakan bahwa balita sedang mengalami stres.
- Menangis
- Suka merengek
- Suka mengompol
- Mimpi buruk
- Takut akan kegelapan
- Perubahan emosi (terlihat sedih, lebih manja, menarik diri, atau marah)
- Rewel, mudah tersinggung, atau merasa terganggu
- Mengamuk atau menunjukan ledakan amarah yang lebih besar dari biasanya
- Sulit tidur
- Suka menggigiti kuku dan mengisap jempol atau rambut
Bagaimana cara mengatasi stres pada balita?
1. Ajari teknik relaksasi
Ketika anak sedang stres, berikan aktivitas yang dapat mengontrol perilakunya. Aktivitas ini bertujuan untuk membuat anak lebih rileks. Beberapa caranya antara lain: tarik napas yang dalam secara berulang, mendengarkan musik, membacakan dongeng, atau mengajak menggambar dan mewarnai.
2. Jangan dimarahi
Buat anak merasa dimengerti dan dicintai, bukan dengan memarahinya. Beritahu anak bahwa Anda tidak kesal ketika anak selalu menggigiti kuku atau mengompol agar anak merasa aman. Dengan memarahi, anak tidak akan menghentikan tingkah lakunya, bahkan membuat anak semakin takut.
3. Tunjukkan kasih sayang
Sentuhan dan kenyamanan. Pelukan dari orang tua dapat memberikan rasa aman dan nyaman pada balita yang sedang kalut.
4. Buat rutinitas
Biasakan melakukan rutinitas dengan terjadwal. Waktu makan, waktu bermain, dan waktu tidur yang terjadwal dapat memberikan rasa familiaritas pada anak dan menguatkan rasa aman pada diri mereka.
5. Jelaskan pada anak stres itu normal
Ceritakan kepada anak tentang kejadian stres yang Anda pernah rasakan. Buat anak mengerti bahwa tidak apa-apa untuk merasa takut, sedih, atau marah. Beri tahu juga bagaimana cara yang baik untuk mengatasi situasi-situas tersebut. Cara ini membuat mereka tidak merasa sendirian menghadapi situasi-situasi menakutkan dan membuat anak lebih berani untuk membicarakan apa yang mereka rasakan juga.
6. Pancing anak untuk bercerita
Buat suasana yang membuat anak merasa nyaman dan aman untuk bertanya atau bercerita. Biarkan anak tahu bahwa dia bisa bertanya apa saja. Tanyakan kepada anak apa saja yang hari ini dia lihat, apa yang dia dengar, dan apa yang dia rasakan tentang kejadian-kejadian yang dialami. Berikan jawaban dengan jujur, tapi pastikan bahwa jawaban tersebut sesuai dengan usianya sehingga anak dapat mengerti.
0 Response to "Balita Juga Bisa Stres! Ini Tanda-tandanya yang Harus Ortu Pantau"
Post a Comment