Apa yang Terjadi Ketika Satu Tubuh Memiliki Dua DNA yang Berbeda
Setiap manusia umumnya hanya memiliki satu set DNA dalam tubuhnya, yang diturunkan dari ayah dan ibu. Lantas, mungkinkah jika seorang manusia memiliki dua struktur DNA yang berlainan? Bukankah itu berarti sama saja seperti satu tubuh yang dihuni oleh dua orang berbeda? Psstt Hal ini mungkin saja, lho!
Satu manusia memiliki dua struktur DNA berbeda, kenali chimerism
Secara sederhana, DNA adalah sebuah struktur panjang berisi kode genetik unik yang membangun siapa diri Anda sebenarnya termasuk karakteristik fisik dan kualitas dasar yang tidak dapat diubah dan yang membedakan Anda dari orang lain. DNA juga memegang instruksi untuk perkembangan atau reproduksi setiap sel dan jaringan suatu makhluk hidup, mengelola kehidupan Anda, dan akhirnya kematian.
Fenomena dua set struktur DNA yang berbeda dalam satu tubuh makhluk hidup disebut dengan chimerism. Istilah ini diambil dari kata Chimera, monster dalam mitologi Yunani yang berkepala singa betina, kambing, dan ular dalam satu tubuh.
Di dunia nyata, chimerism umumnya hanya terjadi pada hewan. Mungkin Anda pernah menemukan foto seekor kucing atau anjing yang memiliki dua warna bulu berbeda di tubuhnya, juga warna matanya berbeda seperti contoh di bawah ini.
Apa penyebab chimerism pada manusia?
Tubuh seorang chimera terdiri dari sel-sel dari orang yang berbeda. Jadi, beberapa sel tertentu memiliki struktur DNA milik satu orang dan sel-sel lain mengandung DNA orang lain. Menurut Melissa Parisi, seorang dokter anak di U.S. National Institutes of Health, chimerism bisa terjadi karena beberapa penyebab.
Beberapa orang mendapatkan DNA bonus dari saudara kembar yang gagal lahir atau meninggal dalam kandungan. Ketika seorang ibu mengandung kembar fraternal (tidak identik), salah satu embrio mungkin mati di awal kehamilan. Embrio yang satunya dapat menyerap sel dan kromosim dari almarhum sepanjang masa kehamilan tersebut. Ingat bahwa setiap zigot (calon embrio) membawa rangkaian DNA uniknya sendiri.
Maka, bayi yang berhasil bertahan hidup akhirnya terlahir memiliki dua set DNA miliknya dan milik si kembaran. Inilah yang terjadi pada penyanyi asal Amerika Serikat, Taylor Muhl, yang baru-baru ini mengetahui bahwa dirinya adalah chimera. Dalam kasus Muhl, ia memiliki dua struktur DNA yang berbeda karena ia menyerap kembarannya selama dalam kandungan dulu (vanishing twin syndrome).
Kasus chimerism juga bisa terjadi pada sepasang anak kembar yang keduanya hidup, karena mereka terkadang bertukar kromosom satu sama lain selama dalam kandungan. Parisi menyatakan hal ini bisa saja terjadi karena pasokan darah yang diterima anak kembar tersebut juga dibagi secara bersama-sama. Jika anak kembar di dalam kandungan berbeda kelamin, maka ada kemungkinan salah satu atau kedua anak tersebut memiliki separuh kromosom laki-laki dan separuhnya lagi kromosom perempuan.
Namun begitu, kasus chimerism tidak hanya bisa terjadi pada anak kembar. Pada kehamilan tunggal, anak dalam kandungan bisa saja bertukar sel dengan si ibu. Seporsi kecil sel milik janin berpindah ke dalam aliran darah ibu dan berjalan ke organ yang berbeda. DNA bayi bisa berada di aliran darah ibu karena keduanya terhubung bersama melalui plasenta. Sebaliknya, bayi juga bisa mendapatkan beberapa DNA ibu. Sebuah studi 2015 menunjukkan bahwa ini terjadi pada hampir semua wanita hamil, setidaknya untuk sementara.
Seseorang juga bisa menjadi chimera jika mereka pernah menjalani transplantasi sumsum tulang, misalnya untuk mengobati leukemia. Setelah menjalani transplantasi, orang tersebut akan memiliki sisa sumsum tulang miliknya sendiri yang telah hancur (akibat kanker) dan diganti dengan sumsum tulang sehat dari orang lain. Sumsum tulang mengandung sel induk yang berkembang menjadi sel darah merah. Ini berarti bahwa orang yang mendapatkan transplantasi sumsum tulang akan memiliki sel-sel darah yang identik dengan milik pendonor, yang kode genetiknya tidak sama dengan sel-sel lain di dalam tubuh mereka sendiri.
Bagaimana dokter mendiagnosis chimerism?
Chimerism pada manusia termasuk sebagai kondisi genetik langka. Sulit bagi para ilmuwan untuk menentukan seberapa banyak orang di dunia yang memiliki chimerism karena kondisi ini biasanya tidak menimbulkan gejala atau masalah berarti. Maka, tidak menutup kemungkinan ada banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka adalah chimera sampai benar-benar menerima tes genetik, tes DNA, atau tes medis lainnya.
Dr. Brocha Tarsis, ahli genetika klinis di Nicklaus Childrens Hospital, Miami, menyatakan bahwa tanpa menjalani tes medis, akan sulit menentukan apakah seseorang mengalami chimerism atau tidak.
Akan tetapi, beberapa kasus chimerisme bisa dilihat dengan tanda fisik tertentu. Misalnya, bola mata yang berbeda warna, warna kulit yang berbeda dalam satu bagian tubuh, atau dua jenis golongan darah yang berbeda. Selain itu, sulit untuk memprediksi jaringan mana dalam tubuh yang akan terpengaruh dan seperti apa kondisi chimera nantinya.
Beberapa kasus chimerisme dilaporkan menyebabkan gangguan pada perkembangan kelamin anak. Misalnya anak perempuan yang terlahir memiliki jaringan testis, karena kembarannya yang meninggal dalam kandungan dulu adalah laki-laki. Namun, Parisi menyatakan hal ini jarang terjadi. Biasanya kondisi chimerism tidak menunjukkan tandanya dengan ciri yang mudah diamati.
Pada kasus Taylor Muhl, memiliki dua struktur DNA yang berbeda membuatnya memiliki dua sistem kekebalan tubuh dan dua golongan darah yang berbeda. Muhl juga diketahui mengidap penyakit autoimun yang membuatnya alergi terhadap makanan, obat-obatan, suplemen, perhiasan, dan gigitan serangga.
0 Response to "Apa yang Terjadi Ketika Satu Tubuh Memiliki Dua DNA yang Berbeda"
Post a Comment