Diet OCD Aman atau Tidak

?
Seiring berjalannya waktu dan perkembangan gaya hidup manusia dewasa ini, metode pengurangan berat badan yang ditawarkan kepada khalayak luas pun semakin beragam. Salah satu metode diet yang sedang booming belakangan ini adalah Obsessive Corbuziers Diet atau yang sangat populer dengan OCD. Banyak orang yang mengaku berhasil menurunkan berat badannya setelah menjalankan diet ini, namun tidak sedikit juga yang  mengklaim bahwa diet ala mentalist kenamaan itu tidak membawa hasil yang signifikan. 
 
Sejatinya, metode OCD adalah sistem puasa dalam waktu yang lama (lebih dari 12 14 jam). Untuk mendapatkan hasil yang optimal, tentunya Anda harus mengikuti tahapan jendela makan seperti yang ditulis Deddy pada bukunya, tentu tidak optimal bila Anda langsung memforsir tubuh Anda, karena tubuh Anda pun memerlukan pengenalan terhadap perubahan pola hidup.
 
Metode dan keberhasilan OCD
Tidak seperti diet pada umumnya, OCD memperbolehkan Anda untuk menyantap makanan apa saja sesuai selera, namun tetap pada koridor hidup sehat, jangan menyantap secara rakus atau berlebihan. Setelah Anda berhasil melakukan puasa 16 jam selama satu minggu, tubuh akan beradaptasi. Tambahkan tingkatnya dengan makan hanya 6 jam sehari. Jadi Anda berpuasa selama 18 jam. Lakukan selama satu minggu. Kemudian pada minggu ketiga Anda bisa meningkatkan puasa selama 20 jam yang artinya hanya makan 4 jam per hari. Dengan perubahan gaya hidup seperti ini, banyak yang berhasil menurunkan 15 kilogram dalam waktu kurang dari dua bulan.
 
Klik di sini untuk membaca kontroversi diet OCD.
 
Kontroversi OCD
Disamping cerita kesuksesan OCD, beberapa pihak yang kurang setuju dengan metode diet ini mengungkapkan bahwa diet ini hanya berfokus pada penurunan berat badan saja dan terlalu memforsir perubahan gaya hidup. Padahal, tubuh manusia  memerlukan asupan gizi yang beragam dan takaran kalori yang sepadan dengan aktivitas yang dilakukan. Diet ini juga dianggap melupakan prinsip hidup sehat yang harus diselingi dengan berolahraga. 
 
Selain itu, beberapa referensi ilmiah menyebutkan bahayanya puasa lama (lebih dari 14 jam) dan terus menerus akan menimbulkan efek yang merugikan bagi tubuh. Proses yang terjadi adalah cadangan glikogen di hati akan habis setelah berpuasa sekitar 14 jam. Selama puasa tubuh akan menggunakan gula yang berasal dari simpanan glikogen hati dan pada saat puasa tersebut penggunaan lemak sebagai sumber energi belum banyak.                      
                    
Puasa lebih dari 16 jam akan mengaktivasi hormon stres sebagai proses adaptasi dari tubuh. Hormon stres yang teraktivasi akan menyebabkan stres dalam sel sel tubuh sehingga terjadi proses  kehilangan massa otot akibat peningkatan pemecahan protein, serta tingginya radikal bebas akibat peningkatan pemecahan lemak tubuh (oksidasi asam lemak) dan pemecahan protein.  Selain itu, hal ini juga meningkatkan risiko penimbunan lemak di hati akibat dari proses peningkatan trigliserida sementara terjadi penurunan kadar protein pengikat lemak akibat penghematan penggunaan protein oleh tubuh karena harus digunakan sebagai pengganti sel sel yang rusak.
 
Perlu diketahui, proses pemecahan lemak  menghasilkan benda keton yang akan digunakan sebagai energi akibat puasa lama. Semakin lama puasa maka benda keton yang dihasilkan juga akan semakin banyak. Hal ini diakibatkan protein yang seharusnya juga dipakai sebagai energi ditahan oleh tubuh supaya dapat digunakan untuk perbaikan sel yang rusak. Penumpukan benda keton dalam tubuh sering menimbulkan gejala klinis seperti mual dan muntah,  sakit kepala bahkan gangguan konsentrasi karena benda keton bersifat racun bagi organ tubuh jika terlalu banyak terbentuk.  Jika puasa makin lama, kekurangan protein terjadi terus sehingga akan mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh ditandai dengan mudah terkena penyakit bahkan gangguan fungsi organ vital seperti jantung, hati dan ginjal.
 
Terlepas dari reaksi tubuh akibat puasa yang terlalu lama, OCD yang tidak membatasi jenis makanan juga akan berbahaya bagi penderita tinggi kolesterol, diabetes, hipertensi, jantung dan penyakit lainnya.
 
Kemudian bagaimana solusinya? Klik di sini.
 
Solusi penerapan diet sehat
Sebelum memilih metode diet yang akan Anda jalani, ada baiknya bila Anda terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter. Diet yang baik tetap mengacu pada aturan pola makan yaitu jenis, jumlah dan jadwal makan sesuai kebutuhan kalori dan kondisi kesehatan Anda. Sayangnya, justru banyak terjadi pengurangan  massa otot dan bukan pengurangan lemak pada pelaku diet. Pengurangan massa otot yang sering terjadi adalah akibat asupan protein yang kurang dari kebutuhan. 
 
Diet dengan pola makanan sehat dan sesuai dengan Anda mungkin membutuhkan waktu lama, tetapi cara ini adalah cara yang paling aman. Karena selain penurunan berat badan, perubahan komposisi tubuh juga penting untuk diperhatikan. Intinya, hal yang paling penting adalah tetap memperhatikan pola hidup sehat.
 
Direview oleh dr. Tjandraningrum, M. Gizi, SpGK yang berpraktik di The Slimmerz Clinc
 

0 Response to "Diet OCD Aman atau Tidak"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

loading...

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

loading...