Kekurangan Vitamin D di Negeri Kaya Sinar Matahari
Indonesia kaya akan sinar matahari. Sayangnya, bagi Anda yang tinggal di kota besar, aktivitas dimulai sebelum matahari terbit dan pulang ke rumah setelah matahari terbenam. Sepanjang hari, Anda berada di ruang tertutup yang dilengkapi AC. Oleh karena itu, tak heran bila penduduk Indonesia tak luput dari kekurangan atau defisiensi vitamin D.
Vitamin D adalah vitamin larut lemak yang penting untuk tubuh manusia. Bentuk vitamin D terbanyak di dalam tubuh adalah vitamin D3 (kolekalsiferol) dan vitamin D2 (ergokalsiferol). Vitamin D3 dapat dihasilkan pada lapisan kulit tubuh sebagai respons terhadap paparan sinar matahari. Vitamin D3 juga dapat diperoleh dari asupan makanan seperti oily fish terutama ikan salmon, sarden, dan makerel. Sementara itu, vitamin D2 dapat diperoleh dari sayuran, ragi, dan jamur.
Vitamin D selalu berkaitan dengan kesehatan tulang sebab fungsi vitamin D adalah menjaga konsentrasi normal kalsium dan fosfat dalam darah. Fungsi lain vitamin D adalah memengaruhi fungsi sistem pertahanan tubuh, kardiovaskular dan sistem endokrin. Alhasil, bila tubuh kekurangan vitamin D, risiko penyakit osteoporosis, penyakit kardiovaskular, kanker, diabetes, dan penyakit infeksi (seperti infeksi saluran pernafasan, influenza, dan tuberkulosis) akan membesar.
Sayangnya, kekurangan vitamin D sulit dideteksi (silent disease) dan tidak ada gejala spesifik. Akan tetapi, kecukupan vitamin D dapat diketahui dengan pemeriksaan vitamin D 25-OH total. Apakah cukup, tidak cukup (insufisiensi), kurang (defisiensi) ataupun berlebih (toksisitas)? Anda pun bisa segera mendapatkan terapi yang tepat bila memang ternyata kekurangan vitamin D.
Nah, orang yang mendapat sedikit paparan sinar matahari, lebih banyak beraktivitas di dalam ruangan, berusia lanjut, mendapat terapi osteoporosis, terbiasa memakai sunscreen atau pakaian tertutup, obesitas, mengalami gangguan hati atau ginjal, diduga rakhitis (rickets), dan individu dewasa dengan osteomalacia, mendapat terapi vitamin D untuk mengetahui ada tidaknya perbaikan status vitamin D, tidak pernah mengonsumsi suplemen vitamin D sebaiknya melakukan pemeriksaan vitamin D 25-OH total. Penderita chorns disease, sindrom malabsorpsi lemak, epilepsi, celiac disease, gangguan makan (anoreksia, bulimia), cystic fibrosis, dan lupus pun demikian.
Selain mendeteksi kekurangan dan kelebihan vitamin D, pemeriksaan vitamin D 25-OH total bisa dipakai untuk menentukan apakah penggunaan suplemen vitamin D sudah sesuai bila mendapatkan terapi pengganti vitamin D. Anda dapat melakukan pemeriksaan ini minimal 6 bulan sekali. Informasi lebih lanjut mengenai pemeriksaan vitamin D 25-OH total, silakan mengunjungi www.prodia.co.id
0 Response to "Kekurangan Vitamin D di Negeri Kaya Sinar Matahari"
Post a Comment