Timothy, Menjalin Interaksi Melalui Kamera Dengan Sang Anak yang Menderita Autis

Anak pada kodratnya merupakan karunia tuhan yang paling luar biasa. Tidak semua orang dipercaya memiliki keturunan. Bersyukurlah bagi mereka yang masih diberi kepercayaan untuk memilikinya. Salahsatu cara bersyukur adalah dengan menerima segala ketentuan yang telah diberikan kepada kita. Sudah sepatutnyalah kita menerima dan merawat anak yang dititipkan tuhan kepada kita. Bagaimana pun kondisinya, bersyukur dan sabar adalah kuncinya.

Seperti yang dialamai oleh Timothy Archibald, Timothy selalu berdoa memiliki anak dengan kesempurnaan raga maupun jiwa. Namun ternyata tuhan berkendak lain, ia dikaruniai anak yang memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi, atau secara lazim disebut autis. Autis merupakan salahsatu gangguan fungsi otak yang menyebabkan seorang anak tidak mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara efektik dengan dunia sekitarnya.

Penderita autis biasanya senang dengan kehidupannya sendiri, ia seakan tidak perduli dengan atau bagaimana kejadian-kejadian lain disekitarnya. Penderita autis juga memiliki ketertarikan terhadap sesuatu secara berlebih dan cenderung mengulang kegiatan atau bahkan gerakan-gerakan tubuhnya. Hal lain yang dapat dilihat dari anak yang secara kedokteran didiagnosa mengidap autis adalah senang menyendiri. Mereka cenderung suka terpisah dari kehidupan luar yang ramai dan penuh interaksi.

Elijah, begitulah nama yang diberikan Timothy padanya. Dalam fase-fase awal ia merasa kesulitan berkomunikasi dengan anaknya tersebut. Timothy merasa Elijah cenderung sulit berkomunikasi dan berinteraksi dengannya. Sama seperti lazimnya ciri-ciri anak autis pada umumnya Elijah pun sering menyendiri, senang dengan dunianya dan sulit berkomunikasi.

Timothy yang berprofesi sebagai fotografer profesional terus berfikir bagaimana cara yang benar-benar efektif untuk menyelami dan memahami apa yang dilakukan oleh anaknya. Pada akhirnya ia berfikir untuk mencoba membuat poyek fotografi bersama Elijah. Ia merasa dengan melakukan proyek foto bersama ini semakin mempererat hubungan batin antara ia dengan Elijah.

Ia memulai sebuah proyek foto bernama echolalia. Echolalia sendiri merupakan sebuah istilah teknis yang berarti pengulangan suara dan kalimat. Hal tersebut sama seperti apa yang di alami oleh Elijah. Pada awalnya keduanya merasa saling tidak memahami, namun lambat laun mereka seperti memiliki keterikatan batin dan seperti memiliki misi khusus yang dikerjakan bersama.

Mereka semakin dekat dan saling memahami apa yang sedang mereka lakukan. Elijah yang pada awalnya tidak memahami apa maksud dari proyek itu pada akhirnya mengerti dan memahaminya. Kini mereka memposisikan diri sebagai kawan dan partner dalam mengerjakan proyek ini bersama. Melalui proyek ini akhirnya mereka dapat berkomunikasi dengan cara yang unik.

Pada awal-awal proyek ini dilakukan pun banyak sekali gambar yang dirasa bernuansa terlalu gelap, hal tersebut karena komunikasi antar satu sama lainnya belum terjalin dengan erat. Meskipun demikian akhirnya mereka berhasil membuat hasil karya yang mengagumkan bersama-sama, dan yang paling inti dari semuanya adalah mereka jadi mampu membangun kebersamaan dan komunikasi yang lebih baik dari sebelumnya. Timothy selalu dapat menangkap setiap gerak Elijah yang bagus untuk diabadikan dalam sebuah gambar, dan Elijah selalu mengerti jika Timothy meminta Elijah melakukan hal tersebut kembali di keadaan cahaya yang lebih bagus.

Proyek antara Timothy dan Elijah kini sudah berakhir, namun kebersamaan yang telah mereka bangun membuat keduanya bisa lebih saling memahami. Kini Elijah sudah berusia 13 tahun dan Timothy tetap ingin agar Elijah dapat melakukan kegiatan yang ia senangi dengan leluasa.

0 Response to "Timothy, Menjalin Interaksi Melalui Kamera Dengan Sang Anak yang Menderita Autis"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

loading...

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

loading...