Berbagai Masalah Kesehatan yang Sering Dihadapi Transgender dan LGBTQ+




Akses dan fasilitas kesehatan pada umumnya hanya ditujukan untuk wanita dan pria. Padahal, transgender dan genderqueer juga sama-sama rentan terhadap berbagai gangguan kesehatan. Risiko mereka bahkan mungkin lebih tinggi daripada laki-laki dan perempuan karena terbentur oleh terbatasnya akses kesehatan yang khusus diperuntukkan bagi mereka. 


Sebelum lebih jauh mengupas tuntas berbagai risiko kesehatan yang mungkin dihadapi oleh transgender dan genderqueer, Anda harus lebih dulu mendalami seputar identitas gender.


Apa itu transgender?


Peran gender dan identitas gender adalah dua hal yang sama sekali berbeda. Identitas gender adalah bagaimana seseorang mencerminkan pikiran, emosi, tindak-tanduk, dan segala perilaku kesehariannya sesuai dengan gendernya. Identitas gender seseorang dapat selaras dengan seksnya yang ditunjuk saat lahir atau justru sepenuhnya berbeda.


Maksudnya begini: seseorang yang memiliki penis dan testis dapat mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang laki-laki dan oleh karena itu berperilaku seperti pria pada umumnya. Sementara orang yang terlahir dengan payudara, vagina, dan rahim dapat menerima jenis kelaminnya sebagai seorang perempuan, dan oleh karena itu berperilaku seperti seorang wanita pada umumnya. Perilaku khas dari masing-masing gender inilah yang disebut peran gender.


Nah untuk beberapa orang, identitas gender yang ia sendiri yakini dan gender yang ia terima dari pandangan orang lain bisa saja berbeda. Bisa saja ia terlahir sebagai pria yang lengkap dengan testis, penis, jakun, serta suara nge-bass khas laki-laki  TAPI ia merasa lebih nyaman dan meyakini bahwa sifat-sifat dan panggilan hidupnya adalah menjadi seorang perempuan.


Dalam dunia medis, pergolakan batin ini disebut sebagai disforia gender.Singkatnya ini membuat seseorang merasa terjebak di dalam tubuh yang salah. Transgender itu sendiri merupakan istilah untuk merujuk orang-orang yang sudah menentukan identitas gendernya, yang berbeda dari apa yang terlihat oleh orang lain. Transgender bisa menentukan identitas gender yang ia percaya dengan melakukan operasi ganti kelamin, terapi hormon, atau membebat organ intimnya agar tak tampak jelas ketika beraktivitas.



Apa itu genderqueer?


Sementara genderqueer atau biasa disebut dengan istilah non-binary adalah istilah yang merujuk pada kelompok orang yang tidak merasa termasuk dalam kedua jenis gender tersebut. Seseorang bisa disebut genderqueer jika ia mengidentifikasikan dirinya sebagai laki-laki dan perempuan dalam satu tubuh; jika orang tersebut tidak merasa bahwa mereka 100 persen wanita atau pria saja; atau jika ia merasa bahwa dirinya sama sekali bukan pria ataupun wanita terlepas dari seperti apa penampilan fisiknya.


Oleh karena itu, kebanyakan orang genderqueer akan memakai kata ganti them atau they sebagai kata ganti orang ketiga/jamak, bukannya she atau he yang diperuntukkan khusus bagi satu jenis kelamin.


Perlu diketahui, seseorang bisa menyadari identitas gender dan orientasi seksualnya di berbagai titik dalam hidup mereka. Akan tetapi, gender dysphoria bukanlah penyakit kejiwaan. Seseorang bisa saja menyadari preferensi seksualnya sejak dini, atau ada pula yang baru mulai memahami dan memilihnya di usia dewasa. 


Beragam masalah kesehatan yang sering mengintai transgender dan genderqueer


Berikut ini adalah beberapa masalah kesehatan yang paling rentan dialami oleh orang-orang transgender dan genderqueer.


1. Masalah akses prosedur penggantian kelamin


Penggantian kelamin adalah solusi bagi kelompok transgender dan genderqueer untuk meresmikan identitas gendernya. Tapi tak semua mau/bisa/berkesempatan melakukan pergantian kelamin dengan prosedur tertentu. Pasalnya, Indonesia tidak memberikan akses legal untuk operasi ganti kelamin bagi orang-orang yang ingin transisi di masa dewasanya atas pilihan pribadi. Operasi penggantian kelamin baru boleh dilakukan di Indonesia untuk menentukan bayi yang lahir dengan kelamin ganda  atas pesetujuan orangtua.


Dilansir dari The Washington Post, di luar negeri langkah paling pertama sebelum melaksanakan operasi ganti kelamin biasanya sesi konsultasi dengan konselor kesehatan mental profesional untuk melakukan diagnosis dan psikoterapi. Diagnosis dari disforia gender dan surat rekomendasi resmi dari terapis yang bersangkutan barulah membolehkan individu tersebut untuk memulai terapi hormon untuk memaskulinkan atau memfemininkan hormon tubuhnya di bawah pengawasan dokter.


Sayangnya, terapi hormon tersebut bisa membawa risiko, di ataranya:



  • Tekanan darah rendah atau tinggi

  • Penggumpalan darah

  • Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit

  • Kerusakah hati


Plus, karena keterbatasan biaya dan sedikitnya akses mendapatkan terapi hormon yang legal di Indonesia, banyak orang yang melakukan terapi hormon di bawah tangan. Jika tidak ditangani dengan tepat, terapi hormon ilegal akan menyebabkan ketidakseimbangan jumlah hormon dan meningkatkan kemungkinan efek samping yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.


penyebab seseorang jadi transgender


2. Kesehatan mental


Menurut ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), dr. Danardi Sosrosumihardjo, SpKJ transgender, genderqueer, hingga kelompok LGBTQ= lainnya (termasuk gay dan lesbian) sama halnya dengan korban bencana alam. Dalam artian, bukan berarti mereka memiliki gangguan jiwa, melainkan hanya rentan mengalami gangguan jiwa akibat tekanan sosial dan situasi berat yang harus dihadapi.


Hal senada juga disampaikan American Psychiatric Association (APA) yang menyatakan bahwa orang dengan gender dysphoria dapat mengalami stres dan gangguan mental dari kondisinya. Mamun menjadi seorang transgender dan genderqueer itu sendiri bukanlah gangguan kejiwaan. Bila mereka telah meyakini apa sebenarnya identitas gender dirinya, tentu mereka tidak akan mengalami disforia gender dan sehat secara kejiwaan.


Namun, transgender dan genderqueer lebih berisiko mengidap gangguan mental saat mereka berjuang untuk mengidentifikasi indentitas gendernya sendiri. Disforia gender dapat menyebabkan seseorang mengalami kecemasan, kebimbangan, dan tekanan batin karena tidak nyaman dengan jenis kelamin yang dimilikinya sejak lahir. Disforia gender dapat mengakibatkan depresi berat dan ketidakmampuan menjalani aktivitas sehari-hari seperti bersekolah, bekerja, atau bersosialisasi.


Tidak jarang juga, orang-orang transgender dan genderqueer menerima pengasingan dari lingkungan terdekatnya seperti keluarga dan teman. Karena hal ini, transgender dan genderquuer semakin rentan mengalami depresi dan gangguan kecemasan. Jika tidak segera mencari bantuan, risiko mereka untuk bunuh diri akan semakin meningkat.


3. Penyakit menular seksual


Penyakit menular seksual (PMS) seperti HPV, hepatitis A dan B, HIV, sifilis, klamidia dan gonore merupakan penyakit yang paling sering dikaitkan dengan kondisi tersebut. Beberapa PMS memang masih bisa diobati, tapi beberapa penyakit lainnya berakibat fatal jika tidak segera ditangani. PMS muncul akibat gaya hidup yang tidak melakukan seks dengan aman. Oleh karena itu, untuk mengurangi risiko terkena PMS, terapkanlah seks aman dengan menggunakan alat kontrasepsi seperti kondom.


4. Penyalahgunaan obat-obatan


Orang gay, lesbian, dan transgender sering menderita masalah penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Hal ini dipicu karena sebagai upaya mencari ketenangan untuk menghilangkan rasa cemas, takut, frustasi, bahkan depresi dalam menghadapi stigma di masyarakat. Selain obat-obatan terlarang, para transgender dan genderqueer yang terlalu banyak merokok dan minum-minuman keras juga berisiko mengalami penyakit gagal ginjal kronis, liver, paru, serangan jantung, stroke dan lain sebagainya.


Ketidakadaan akses terhadap informasi dan layanan kesehatan karena terbentur norma, budaya, stigma, serta diskriminasi merupakan permasalahan terbesar yang sampai sekarang masih menimbulkan pro dan kontra. Pada akhirnya masih dibutuhkan banyak penelitian medis untuk memahami kesehatan transgender dan gendequeer untuk kemudian merekomendasikan solusi yang tepat.


0 Response to "Berbagai Masalah Kesehatan yang Sering Dihadapi Transgender dan LGBTQ+"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

loading...

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

loading...