Ternyata, ASI Bisa Mengandung Senyawa Kimia yang Beracun




ASI eksklusif adalah makanan yang paling baik untuk bayi yang baru lahir, karena mudah dicerna oleh bayi dan menjadi pelindung sistem kekebalan bayi terhadap berbagai bakteri yang mungkin menginfeksi. Bahkan menurut WHO, pemberian ASI eksklusif telah mencegah 800 juta anak dari penyakit infeksi dari tahun ke tahun. ASI mengandung imunoglobulin A (IgA) yang bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi. Kemudian, bagaimana jika ASI yang seharusnya menjadi pelindung bayi terhadap paparan lingkungan justru menjadi racun bagi bayi?


Baru-baru ini sebuah penelitian menemukan bahwa di dalam ASI bisa terdapat berbagai zat kimia yang menjadi racun serta mengganggu kesehatan bayi.


Penelitian seputar ASI dan polusi


Tingkat polusi yang terjadi di kota-kota besar, seperti Jakarta, sangat besar dan akan berbahaya untuk kesehatan segala umur, temasuk bagi bayi yang membutuhkan lingkungan yang baik untuk menunjang pertumbuhan serta perkembangannya. Penelitian yang dibahas dalam Environmental Science and Technology ini mengemukakan bahwa ASI dapat terkontaminasi oleh suatu senyawa kimiawi yang disebut, perflournated alkylates (PFASs). PFASs adalah senyawa kimia yang paling sering digunakan oleh industri yang menghasilkan teksktil, produk cat, pakaian anti-air, dan berbagai produk makanan kemasan.


Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Harvard T.H. Chan School of Public Health ini, melibatkan sebanyak 81 anak dari tahun 1997 hingga 2000. Kemudian para peneliti melihat kadar PFAS di dalam darah anak. Anak-anak tersebut diteliti darahnya ketika mereka berusia 11 bulan, 18 bulan, dan 5 tahun. Tidak hanya itu, untuk membandingkan para ahli juga mengukur jumlah PFASs di dalam tubuh ibu ketika ibu mengalami kehamilan pada minggu ke 32.


Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa anak yang diberikan ASI eksklusif memiliki peningkatan jumlah PFASs dalam darah sebanyak 20 hingga 30 persen setiap bulannya, dibandingkan dengan anak yang diberikan ASI parsial, yaitu pemberian ASI yang diiringi dengan makanan atau minuman lain sebelum bayi berusia 6 bulan. Bahkan penelitian tersebut menemukan bahwa dalam beberapa kasus, tingkat PFASs pada anak lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat PFASs pada ibu. Sehingga para peneliti menyimpulkan bahwa PFASs dapat membuat ASI terkontaminasi dan zat tersebut tertular ke bayi melalui pemberian ASI yang dilakukan ibu.


Bagaimana polusi dapat mempengaruhi ASI?


PFAS dapat mengontaminasi ASI ibu yang kemudian mempengaruhi perkembangan bayi. Menurut Center for Disease Control, Amerika, dampak yang mungkin timbulkan jika keracunan senyawa kimia ini adalah:



  • Gangguan tehadap perkembangan janin dan anak, termasuk gangguan dalam hal pertumbuhan, belajar, dan perilaku

  • Menurunkan kesuburan karena dapat mempengaruhi kadar hormon dalam tubuh

  • Meningkatkan kolesterol

  • Mempengaruhi sistem kekebalan imun

  • Meningkatkan risiko kanker


Senyawa  PFASs ini didapatkan ibu dari lingkungan yang tingkat polusinya tinggi. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa perempuan yang tinggal di daerah industri, area pertanian yang menggunakan pestisida, dan tingkat polusi udara yang tinggi, rentan terkontaminasi dengan PFASs yang kemudian mempengaruhi produksi ASI-nya.


Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa kandungan PFASs yang terdapat di dalam ASI yaitu sebesar 200 hingga 100 nanogram/liter dan bayi dapat mengonsumsi ASI sebanyak 125 ml/kg berat badan. Lalu PFASs yang akan berpindah dari ASI ke tubuh bayi yaitu sebanyak 1 mikrogram/kg berat badan selama 6 bulan bayi mengonsumsi ASI. Walaupun kandungan PFASs yang mungkin diminum oleh bayi dari ASI sedikit, namun membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menghilangkan zat PFASs yang ada di dalam tubuh. Para ahli menyebutkan bahwa setidaknya butuh waktu minimal 4 tahun untuk menurunkan kadar PFASs di dalam tubuh, bahkan untuk beberapa orang membutuhkan waktu yang lebih lama.


Apakah ini artinya memberikan ASI itu bahaya bagi bayi?


Sampai saat ini, ASI masih merupakan makanan yang paling baik diberikan untuk bayi. Bahkan WHO menganjurkan untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan hingga anak berusia 2 tahun diiringi dengan pemberian makanan pendamping ASI. Pemberian ASI juga dipercaya dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi dan menurunkan risiko bayi terkena penyakit degeneratif pada usia dewasa. Sehingga, tidak ada alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif kepada anak.


Selain itu, Centers of Disease Control mengatakan bahwa hampir semua orang memiliki PFASs dalam darahnya walaupun dalam kadar yang sangat sedikit. Hal ini terjadi karena hampir semua produk yang dihasilkan oleh industri memakai PFASs, seperti pada jas hujan, karpet, furniture, dan berapa bahan pakaian. Namun paparan dari benda-benda tersebut tidak terlalu berbahaya dibandingkan dengan paparan PFASs yang ada di dalam minuman atau makanan.


Oleh karena itu, pastikan bahwa Anda meminum air dan memakan makanan yang bebas dari kontaminasi dengan melakukan penyaringan untuk air dan proses memasak untuk makanan. Tidak hanya itu, terkadang di dalam make up juga terkandung PFASs, sehingga sebaiknya Anda memastikan bahwa produk yang Anda pakai bebas dari hal tersebut.


BACA JUGA



  • Perlukah Ibu Hamil Minum Suplemen Tambahan?

  • Awas, 3 Metode Kontrasepsi Ini Tidak Ampuh Mencegah Kehamilan

  • 13 Hal yang Harus Dilakukan Selama Trimester Ketiga Kehamilan






0 Response to "Ternyata, ASI Bisa Mengandung Senyawa Kimia yang Beracun"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

loading...

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

loading...