Apa Saja Jenis Tes HIV yang Mungkin Dianjurkan Dokter




Tes HIV dilakukan untuk mendiagnosis orang yang baru terinfeksi virus. Selain itu, tes HIV dilakukan juga untuk mendeteksi infeksi yang sebelumnya tidak diketahui dan sekaligus untuk memastikan status HIV pada orang yang berisiko HIV. Pasangan yang ingin menikah juga sebaiknya mempertimbangkan untuk melakukan tes HIV. Hal ini dilakukan untuk memberi tahu bagaimana mencegah HIV. Lalu apa saja jenis tes HIV yang bisa dilakukan? Berikut penjelasannya.


Siapa saja yang perlu tes HIV?


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan, ada beberapa indikasi tes HIV, yaitu:



  • Setiap orang dewasa, anak, dan remaja dengan kondisi medis yang diduga terjadi infeksi HIV. Terutama dengan riwayat tuberkulosis (TB) dan penyakit kelamin.

  • Asuhan antenatal pada ibu hamil dan ibu bersalin.

  • Laki-laki dewasa yang meminta sunat sebagai tindakan pencegahan HIV.


Bayi dan anak dengan kondisi di bawah ini juga memerlukan tes HIV. Kondisi tersebut antara lain:



  • Anak memiliki penyakit yang berhubungan dengan HIV seperti TB berat atau mendapat obat anti tuberkulosis (OAT) berulang, malnutrisi, atau pneumonia berulang dan diare kronis atau berulang.

  • Bayi yang baru lahir dari ibu terinfeksi HIV dan sudah mendapatkan tindakan pencegahan penularan dari ibu ke anak.

  • Anak yang riwayat keluarganya tidak diketahui.

  • Terpajan atau berpotensi memiliki infeksi HIV melalui jarum suntik yang terkontaminasi, menerima transfusi berulang, dan sebab lainnya.

  • Anak yang mengalami kekerasan seksual.


Selain itu, tes HIV juga harus ditawarkan secara rutin kepada:



  • Pekerja seks, pengguna NAPZA suntik (penasun), laki-laki hubungan seksual dengan laki-laki (LSL), dan waria. Tes harus diulang minimal setiap 6 bulan sekali.

  • Pasangan ODHA.

  • Ibu hamil di wilayah epidemi meluas dan epidemi terkonsentrasi.

  • Pasien TB.

  • Semua orang yang berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan di daerah epidemi HIV meluas.

  • Pasien penyakit kelamin.

  • Pasien hepatitis.

  • Warga binaan permasyarakatan.


cara penularan HIV


Jenis tes HIV


1. Tes serologi


Tes serologi terdiri atas:


Tes cepat


Tes cepat dengan reagen yang sudah dievaluasi oleh instusi yang ditunjuk Kementerian Kesehatan dapat mendeteksi baik antibodi terhadap HIV-1 maupun HIV-2.


Tes cepat dapat dijalankan pada jumlah sampel yang lebih sedikit dan waktu tunggu untuk mengetahui hasil kurang dari 20 menit, tergantung pada jenis tesnya dan harus dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih.


Tes ELISA


Tes HIV ini mendeteksi antibodi untuk HIV-1 dan HIV-2 yang dilakukan dengan ELISA (enzyme-linked immunisorbent assay) atau dikenal juga dengan EIA (enzyme immunoassay). 


Antibodi adalah protein yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh sebagai respon terhadap kehadiran zat asing, seperti virus. Jika tes HIV Anda pada ELISA positif, dokter akan menyarankan tes lanjutan dengan Western bolt untuk memastikan infeksi HIV.


Sampel darah diambil dari permukaan kulit Anda, dengan prosedur pengambilan darah pada umumnya. Kemudian sampel darah dimasukkan ke dalam tabung khusus. Sampel darah dikirim ke laboratorium untuk dianalisis. Untuk tes ELISA, sampel darah dimasukkan ke cawan petri yang berisi antigen HIV. Antigen adalah zat asing, seperti virus, yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh merespon.


Jika darah Anda mengandung antibodi terhadap HIV, darah akan mengikat antigen. Kemudian ini akan diperiksa dengan menambahkan enzim ke cawan petri tersebut, untuk membantu mempercepat reaksi kimia.


Setelah itu, akan terlihat bagaimana reaksi darah dan antigen Anda. Jika isi cawan petri berubah warna, Anda mungkin terinfeksi HIV.


Hasil dari tes HIV dengan ELISA biasanya memakan waktu satu sampai tiga hari, tapi ini bervariasi tergantung pada tes, laboratorium, dan apakah itu tes kesehatan di rumah.


Karena ada kemungkinan kecil bahwa antibodi seseorang akan salah menempel pada protein non-HIV selama tes berlangsung, maka diperlukan tes kedua yang lebih spesifik. Namun, tes kedua ini dilakukan jika tes yang awalnya positif. Tes ini disebut Western blot.


Tes Western blot


Tes HIV ini merupakan tes antibodi untuk konfirmasi pada kasus yang sulit. Dalam tes ini, protein HIV dipisahkan oleh ukuran dan muatan listrik, serta serum yang dilapisi pada strip tes.


Jika tes ini menunjukkan hasil positif, serangkaian pita (band) terdeteksi yang menandakan adanya pengikatan spesifik antibodi seseorang terhadap protein virus HIV tertentu. Tes ini hanya dilakukan untuk menindaklanjuti tes skrining yang awalnya positif. Hal ini tidak membantu bila dilakukan sendiri.


Jika tes HIV menujukkan positif pada tes ELISA, Anda mungkin terkena HIV. Namun, terkadang ada false positive dengan layar ELISA. Ini berarti bahwa hasil tes menunjukkan bahwa Anda memiliki HIV, padahal sebenarnya tidak.


Oleh karena itu, diperlukan tes lanjutan yaitu tes Western blot untuk memastikan apakah Anda benar terinfeksi virus HIV. Biasanya ini terjadi jika Anda memiliki kondisi seperti penyakit Lyme, sifilis, atau lupus.


Tes Western blot hanya membutuhkan satu hari untuk dilakukan, namun beberapa laboratorium mungkin tidak melakukan tes setiap hari.


Terkadang, HIV tidak muncul dalam tes ELISA meskipun Anda terinfeksi. Hal ini dapat terjadi jika seseorang berada pada tahap awal infeksi, dan tubuh mereka belum menghasilkan cukup antibodi untuk tes yang dideteksi.


Tahap awal infeksi HIV ini, di mana seseorang yang terinfeksi HIV, tapi hasil tes menunjukkan negatif, ini dikenal sebagai periode jendela.


Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), periode jendela seseorang biasanya antara 3 dan 12 minggu. Namun, dalam kasus yang jarang terjadi, beberapa orang bisa memakan waktu selama enam bulan untuk mengembangkan antibodi.


2. Tes virologis dengan PCR


Tes virologis dilakukan dengan metode polymerase chain reaction (PCR). Tes virologis penting dilakukan untuk pemeriksaan ibu hamil HIV-positif yang baru melahirkan atau bayi baru lahir. Bayi yang diketahui terpajan HIV sejak lahir dianjurkan untuk periksa dengasn tes virologis paling awal pada usia enam minggu.


Selain itu, tes HIV ini direkomendasikan untuk mendiagnosis anak berumur kurang dari 18 bulan.


Tes ini mungkin juga membantu dalam mendeteksi infeksi HIV dalam empat minggu pertama setelah terpapar, sebelum antibodi memiliki waktu untuk berkembang.


Jika bayi dengan pemeriksaan virologis pertama hasilnya positif, maka terapi antiretroviral (ART) harus segera dimulai, pada saat yang sama dilakukan pengambilan sampel darah kedua untuk pemeriksaan tes virologis kedua.


Tes virologis yang dianjurkan yaitu:


HIV DNA kualitatif (EID)


Tes HIV DNA kualitatif dari darah lengkap atau Dried Blood Spot (DBS). Tes HIV ini mendeteksi keberadaan virus dan tidak bergantung pada keberadaan antibodi HIV. Tes ini digunakan untuk diagnosis pada bayi.


HIV RNA kuantitatif


Tes HIV RNA kuantitatif dengan menggunakan plasma darah. Tes HIV ini dilakukan untuk memeriksa jumlah virus di dalam darah (viral load) dan dapat digunakan untuk pemantauan terapi ART pada dewasa dan diagnosis pada bayi jika HIV DNA tidak tersedia.


Terapi ART dilakukan untuk membuat viral load berkurang, idealnya sampai pada tingkat yang tidak terdeteksi.


Metode tes HIV dengan PCR ini dilakukan dengan bantuan enzim untuk menggandakan virus HIV dalam darah. Kemudian reaksi kimia akan menandai virus. Penanda ini berbentuk pita (band) yang diukur dan digunakan untuk menghitung jumlah virus. Hasil pengujian RNA biasanya memakan waktu beberapa hari sampai seminggu.


Pada umumnya, viral load Anda akan dinyatakan tak terdeteksi jika berada di bawah 40 sampai 75 kopi dalam sampel darah Anda. Angkat tepatnya akan tergantung pada lab yang menganalisa tes Anda. Ketika viral load Anda tinggi, Anda memiliki lebih banyak HIV dalam tubuh Anda, dan itu berarti sistem kekebalan tubuh Anda gagal melawan HIV dengan baik.


Meskipun tes ini dapat dikatakan paling akurat, tapi tes ini tidak dilakukan sesering tes HIV lainnya karena harga yang cukup mahal.


3. Tes HIV antibodi-antigen


Tes HIV Ab-Ag mendeteksi antibodi yang ditujukan terhadap HIV-1 atau HIV-2, serta protein yang disebut p24, yang merupakan bagian dari inti virus (antigen dari virus). Hal ini penting karena memerlukan waktu berminggu-minggu agar antibodi terbentuk setelah infeksi awal, walaupun virus (dan protein p24) ada dalam darah. Dengan demikian, pengujian Ab-Ag memungkinkan deteksi dini infeksi HIV.


Sebuah penelitian menunjukkan bahwa diagnosis dapat dilakukan rata-rata satu minggu sebelumnya dengan menggunakan uji Ab-Ag, dibandingkan dengan pengujian antibodi saja. Tes menggunakan reaksi yang dikenal sebagai chemiluminescence untuk mendeteksi antibodi dan p24 protein antigen. Dengan kata lain, jika ada antibodi atau antigen, reaksi uji memancarkan cahaya yang tampil pada detektor. Hanya ada satu tes antibodi-antigen yang disetujui saat ini, tes Arsitek HIV Ag / Ab Combo. Jika tes ini positif, maka dokter akan menyarankan untuk melakukan tes kedua dengan Western blot.


0 Response to "Apa Saja Jenis Tes HIV yang Mungkin Dianjurkan Dokter"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

loading...

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

loading...