Stres Keluarga Muda Masa Kini

Stres Keluarga Muda Masa Kini

Istilah stres bukanlah kosa kata yang baru kita kenal. Sejak mencuat jadi topik hangat di tahun 80-an, istilah tersebut kini sudah menjadi bagian dari obrolan masyarakat umum sehari-hari, terutama keluarga. Kalau stres memang menjadi bagian dari kehidupan semua orang saat ini, lalu bagaimana keluarga muda perlu menyikapinya?
Perubahan dalam kehidupan. Bye Shana, bye Ayah dan Bunda kerja dulu, ya! mobil sedan gres itu  pun meluncur keluar halaman rumah. Tahu-tahu, Aduh, belum apa-apa sudah macet, keluh sang ayah. Tentu saja ia kesal, baru meluncur beberapa meter dari halaman rumahnya, antrian mobil sudah panjang dan laju kendaraan pun jadi tersendat. Belum sampai kantor saja, pasangan ayah dan ibu muda ini sudah tegang bukan main.

Itu baru masalah di luar kendaraan ayah dan ibu Shana. Bagaimana dengan masalah dalam diri masing-masing? Sang ayah sedang dipusingkan dengan masalah dalam pekerjaannya, sedangkan si ibu sedang dirundung kesedihan mendalam setelah ditinggal orangtuanya. Wah, pantas saja antrean mobil di hadapan mereka lansung bikin jengkel.

Stres muncul karena adanya perubahan. Nah, dalam hidup perubahan kan terus terjadi. Jadi kita memang tidak akan mungkin hidup bebas stres. Yang harus dipikirkan, how can we live with stress, bagaimana cara kita menanggapi dan mengatasi perubahan, jelas Yati Utoyo Lubis, Ph.D., psikolog klinis dan dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Untuk melihat tingkat stres keluarga muda, Ayahbunda melakukan riset kecil untuk memperoleh sample. Sejak akhir November hingga awal Desember lalu, Ayahbunda menyebar Uji Stres Keluarga Muda ke Ayahbunda-Online dan sebagian pembaca Ayahbunda melalui email, diadaptasi dari tes stres yang disusun oleh Thomas Holmes dan Richard Rahe, MD, beberapa hasil menarik pun diperoleh.

6 item penyebab utama stres memang menggambarkan secara umum, apa yang dialami pasangan muda. Yang pertama, kepulangan pengasuh atau pembantu yang menjadi penyebab stress bagi 16  orang responden. Yang kedua, mencari pengasuh atau pembantu baru, dialami 13 orang. Ketiga, kesulitan keuangan menjadi masalah bagi 11 responden.

Kelahiran si kecil (proses persalinan, perawatan, menyiapkan keperluan bayi dan lain-lain, mengurus segala perlengkapan bayi) & Keluarga besar membutuhkan bantuan dana dipilih oleh 10 orang.

Yang menarik dibandingkan dengan skala stress Holmes dan Rahe yang asli, skala ini memasukkan unsur sosial-budaya khas Indonesia. Ini buktinya, ternyata sebagian pembaca Ayahbunda yang jadi responden mengalami stres karena keluarga besar membutuhkan bantuan dana, jelas Yati. Oleh karena responden hanya meliputi pembaca Ayahbunda maka hasilnya tidak menggambarkan apa yang dialami oleh keluarga muda yang tinggal di Jakarta secara umum. Hasil selengkapnya lihat boks 6 Penyebab Utama Stres.

Suka-duka keluarga muda. Beberapa orang ibu yang diwawancarai, masalah keuangan sebagai salah satu pemicu stres utama. Beragam peristiwa hidup juga menjadi pemicu stres, misalnya, masalah dalam rumah tangga hingga kematian pasangan. Untuk cukup "kuat" menghadapi ini, dibutuhan ketahanan stres.

Ketahanan seseorang atau keluarga terhadap stres, ternyata ditentukan oleh beberapa faktor. Secara umum kognisi menentukan bagaimana seseorang mencerna peristiwa kehidupan yang dihadapi. Dari situ nanti ditentukan, apakah sebuah perubahan akan dihadapinya dengan ketegangan atau tidak. Selain itu, yang juga menentukan adalah karakter atau kepribadian orang tersebut.

Misalnya, orang yang punya karakter humoris, bisa melihat sebuah kejadian dengan perspektif berbeda, bahkan menertawakan diri sendiri. Kemungkinan besar orang seperti ini dapat menyikapi dan menghadapi stres dengan mudah dan cepat pulih, ulas Yati. Tentu saja stres perlu dihadapi, ditangani dan sebaiknya diatasi oleh yang bersangkutan. Sebab, sebagaimana yang pernah diteliti oleh Holmes dan Rahe, apabila sampai satu tahun setelah mengisi uji stres versi mereka, sumber stres belum diatasi dan masih jadi masalah, responden mulai mendapatkan reaksi fisik, seperti munculnya penyakit atau mengalami masalah kesehatan.
  
Implikasi tak pernah disadari. Apabila Yati meninjau stres dari aspek individu maka sosiolog perkotaan, seperti Prof. Dr. Gumilar R. Somantri membahas stres dari sudut pandang berbeda, Stres jika ditilik dari kacamata sosiologis terkait  dengan munculnya masalah sosial. Masalah sosial adalah masalah yang mengancam nilai-nilai atau yang dirasa segelintir elit kota tersebut harus diselesaikan.

Salah satu masalah masyarakat Jakarta yang termasuk kategori tersebut adalah kemacetan. Ini membuat stres bukan hanya satu dua keluarga, melainkan  seluruh warga Jakarta. Sebagaimana yang dialami ayah dan bunda Shana di awal tulisan ini. Kerap kali terjadi, yang bersangkutan dan keluarga tak sadar mengalami stres, padahal implikasinya menimbulkan extra cost.

Stres yang disebabkan oleh masalah sosial tentu menimbulkan social cost. Misalnya, si ayah telat menghadiri rapat karena macet, atau transaksi bisnis batal karena telat datang.  Sebaliknya, jika sumber stres berasal dari rumah, setelah istri di rumah marah-marah, si ayah yang hari itu harus mengambil keputusan penting pun terpengaruhi. Emosinya terbawa ke tempat kerja, padahal keputusan yang diambilnya berkaitan dengan nasib orang banyak. Jadi, apapun sumber stres, baik kondisi makro maupun psikologis, keduanya bisa bertalian dengan produktivitas sosial, ekonomi dan kebudayaan, serta punya implikasi social economy cost, lanjut Gumilar.

Rumah muara stres makro. Apabila ayah dan bunda yang setiap hari harus keluar rumah dan bekerja, lalu tak bisa mengelola stres, apakah rumah semata-mata  jadi muara stres makro maupun yang berasal dari dalam diri? Dalam hal ini, rumah seharusnya dilihat sebagai entitas atau ruang domestik yang menjadi tempat anggota keluarga melakukan reproduksi. Dalam segala hal, termasuk reproduksi energi. Jadi, setelah tenaga dipakai bekerja seharian, agar bisa segar kembali, di rumah istirahat, bercengkrama dengan keluarga, memperoleh hiburan dalam berhubungan dengan anak-anak dan pasangan, jelas, sosiolog perkotaan yang kini juga rektor Universitas Indonesia.

Uji tingkat stres Anda dengan mengisi "Uji Stres Keluarga Muda" di bagian Interaktif situs ini.

0 Response to "Stres Keluarga Muda Masa Kini"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

loading...

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

loading...