Begini, Saat Dokter Jadi Ayah











 





Tidak ada orangtua yang tidak terserang panik ketika anaknya sakit, termasuk para dokter ini. Begini reaksi dan tindakan yang mereka lakukan saat anak sakit.
 
Kalau anak sakit, bagaimana reaksinya?

dr. Djaya:
Dulu, kalau Kezio sakit dan saya sedang jauh, saya sering panik karena tidak bisa memeriksa kondisinya langsung. Tapi sekarang sudah tidak lagi.

dr. Aldika: Meski saya dan istri berprofesi sebagai seorang dokter, kami tetap panik! Panik muncul kalau anak demam tinggi dan kondisinya terlihat lemah.

dr. Mahendra: Sebenarnya tidak, tapi saya suka ikut panik karena istri saya, kakek dan neneknya anak-anak suka panik kalau Xavier dan Adam demam.

drg. Anandio: Sebisa mungkin tidak, karena panik akan membuat segala tindakan jadi terburu-buru. Tapi waktu usia Anya 2 bulan dan mengalami perdarahan setiap poop,  selama tiga hari, saya dan istri panik. Rupanya Anya alergi bahan-bahan tertentu dari ASI ibunya.

Tapi, berani mengobati sendiri, kan?

dr. Djaya: Berani, selama penyakitnya masih dapat ditangani secara umum. Kalau sakitnya mengarah ke spesifik,  tetap berobat ke  dokter spesialis anak yang berhubungan dengan penyakitnya.

dr. Aldika: Jika anak sakit ringan seperti batuk dan pilek kami berani mengobati sendiri. Tapi jika tidak menunjukkan tanda perbaikan, maka kami membawanya ke dokter anak langganan.

dr. Mahendra: Ya, saya akan melakukan pengobatan sendiri dan akan mengandalkan istri, kakek dan nenek anak-anak agar dapat menjadi observer  untuk memantau kondisi anak selama saya tidak bersamanya.

drg. Anandio: Saya dan istri mempunyai teman dokter yang  siap membantu jika darurat atau memerlukan konsultasi dan pengobatan, kami percayakan pada mereka.



 







Hmmm, kalau  menyuntik?

dr. Djaya: Tidak berani, hahaha. imunisasi dan suntikan-suntikan lainnya saya tetap ke dokter spesialis anak.

dr. Aldika: Tidak karena tidak tega. Kalau anak sakit sampai memerlukan suntikan saya percayakan pada dokter anak saja.

dr. Mahendra: Jujur, yang satu ini saya tak pernah melakukan. Saya akan meminta dokter anak lain, tapi saya akan menenangkan mendekap dan memeluknya. Perasaan khawatir membuat saya tidak tegas dan tidak konsentrasi ketika menyuntiknya.

drg. Anandio: Enggak, kalau menyuntik biasanya saya tetap pergi ke dokter anak, karena bukan kompetensi saya untuk melakukan penyuntikan dan penanganan ketika anak sakit.

 









Sedia obat apa saja sih di rumah?

dr. Djaya: Obat penurun panas anthistamin, obat batuk dan pilek juga obat-obatan lain untuk pengobatan sementara.

dr. Aldika: Saya hanya sedia obat-obatan ringan untuk mengatasi gejala penyakit ringan, seperti obat batuk sirup, obat pilek, dan obat penurun panas.

dr. Mahendra: Saya sediakan obat demam, diare, obat kejang, alat terapi uap untuk me-nebulizer anak ketika batuk.

drg. Anandio: Ya, saya selalu sedia obat-obatan standar, seperti obat batuk, pilek, flu, demam dan diare.


 







Saat  anak dalam kondisi darurat?

dr. Djaya: Jika saya sedang tidak ada opeasi  atau saya bisa izin  keluar sebentar saya akan menemaninya berobat. Makanya kalau anak sakit akan saya bawa ke rumah sakit tempat saya bekerja biar dekat.

dr. Aldika: Tergantung kondisi panggilan kerjanya. Jika darurat, saya terpaksa harus meninggalkan anak. Untungnya istri saya juga seorang dokter, jadi merasa lebih aman ketika meninggalkan anak.

dr. Mahendra: Saya akan menemani anak lebih dulu agar yakin kondisinya.  Saya harus tenang ketika bekerja. Jika pikiran saya di rumah,  tapi badan saya ada di tempat praktek itu tidak fair untuk pasien saya.

drg. Anandio: Tergantung situasi sih. Jika tidak terlalu urgent biasanya saya meminta istri untuk menunggu saya pulang atau kami janjian bertemu di tempat praktek dokter.

Apa tip dari Anda untuk tip kiat hidup sehat?

dr. Djaya: Diet wajar, istirahat cukup dan olahraga walaupun tidak rutin. Bermain bersama anak juga bisa membuat hidup saya sehat.

dr. Aldika:  Menghindari junk food, makan-minuman manis,  danbanyak air putih. Lari 30 menit, 3 kali seminggu dan memohon kesehatan kepada Tuhan.

dr. Mahendra: Menghindari karbohidrat dan makanan instan. Yoga dan jalan sehat  minimal 30 menit sampai satu jam agar bisa membakar lemak.

drg. Anandio: Banyak  air putih, tidur lebih dari cukup, dan menghabiskan besar waktu dengan keluarga. (FOTO, DOK.PRIBADI)    

(WIT/FIN)

Baca Juga
Ayah Bermain dengan Anak Perempuannya
Menjadi Ayah ASI Hebat
8 Stereotip Ayah

 




0 Response to "Begini, Saat Dokter Jadi Ayah"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

loading...

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

loading...