Pemeriksaan Infertilitas Berbasis Klinik

Infertilitas atau gangguan kesuburan adalah sebuah terminologi yang merujuk pada pengertian adanya kegagalan satu pasangan untuk mendapatkan kehamilan setalah melakukan hubungan seksual yang benar dan regular selama satu thaun berturut-turu tanpa memakai alat kontrasepsi (WHO).
 
Pada tahun pertama pernikahan, 85% pasangan akan mendapatkan kehamilan. Pada tahun kedua persentase tersebut akan turun menjadi 50%. Masalah gangguan kesuburan di antara wanita usia reproduksi (usia 18-42 tahun, WHO) mencapai 10-15% (BPS, 2008). 
 
Apa saja penyebab gangguan kesuburan?
Penyebab gangguan kesuburan bisa didapatkan dari faktor suami,  istri, atau pun kombinasi keduanya.
 
Dari faktor suami utamanya adalah faktor sperma; jumlah konsentrasi sel sperma per mililiter, bentuk, dan gerakan sperma.
 
Sedangkan dari faktor istri bisa didapatkan adanya gangguan pematangan sel telur, sumbatan saluran telur (tuba Falopii), dan adanya gangguan bentuk dari rahim maupun indung telur. Adapun satu faktor lagi adalah faktor yang tidak dapat dijelaskan yang mencakup hingga 10% dari penyebab gangguan kesuburan.
 

Speroff L, Glass R, Kase N. Clinical gynecologic endocrinology and infertility, 7th edition, 2005
 
Tahap Pemeriksaan Gangguan Kesuburan
 
1. Kunjungan pertama
Pada kunjungan pertama pasangan suami istri, bila memungkinkan datang pada saat hari ke-2 atau ke-3 siklus haid istri. Selain anamnesis (wawancara) dan pemeriksaan mulut rahim dan panggul, akan dilakukan USG untuk menilai jumlah folikel (telur), untuk menilai cadangan ovarium. 
 
Pasangan selanjutnya akan dijadwalkan untuk:
- Analisa sperma dan IFD
Analisa sperma-jika terdapat azoospermia perlu dilakukan pemeriksaan FSH dan testosteron serum untuk meramalkan proses spermatogenesis di testis. Pemeriksaan Indeks Fragmentasi DNA (IFD) untuk menilai kerusakan materi genetik sperma yang mempengaruhi laju fertilisasi dan kehamilan.Jika azo/oligisperma berat, konfirmasi dilakukan secepatnya.
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
- Histero-Salpingo Graphy (HSG) pada hari ke-9/10 siklus haid
- Pap smear (bila perlu)
- Office hysteroscopy (bila perlu)
- Analisis hormon dan AMH (bila perlu)
 
Istri akan diberikan antibiotik profilaksis Chlamydia, sebagai bakteri penyebab terbanyak kerusakan tuba Falopii, dan suplementasi asam folat
 
2. Kunjungan kedua
Datang kembali pada hari ke-9/10 siklus haid, dan akan dikerjakan :
- Analisa sperma dan IFD
- HSG
- Office hysteroscopy (bila perlu)
Dan bila didapatkan kelainan di kavum uteri, seperti polip endometrium atau septum, dapat langsung dilakukan terapi
 
3. Kunjungan ketiga (bila perlu)
Kunjungan ketiga akan dijadwalkan pada fase luteal madya, yaitu sekitar 7 hari sebelum haid berikutnya. Kunjungan ini biasanya dilakukan konfirmasi ovulasi dengan USG. Lalu akan didiskusikan hasil pemeriksaan dan diagnosis, serta tahap penanganan selanjutnya. 
 
Kapan periksa hormon ?
Pemeriksaan hormon yang terutama dilakukan pada istri bisa direncanakan sejak awal pertemuan apabila didapatkan riwayat:
 
- Siklus haid tidak teratur >35 hari atau < 26 hari. Pemeriksaan yang biasa diperlukan antara lain: FSH, LH, Estradiol, dan kadar Prolaktin darah.
- Konfirmasi ovulasi, dengan pemeriksaan hormon progesteron pada fase luteal madya.
- Curiga cadangan ovarium menurun, terutama pada wanita usia>35 tahun, ada riwayat endometriosis, atau pernah ada riwayat operasi pada indung telur. Pemeriksaan hormon untuk melihat cadangan ovarium adalah AMH (Anti-Mullerian Hormon).
 
Penanganan Selanjutnya
Penangan selanjutnya akan disesuaikan dengan bukti pemeriksaan yang didapat sebelumnya. Dapat dilakukan induksi ovulasi dengan obat oral maupun injeksi, dan selanjutnya dapat dilakukan sanggama terjadwal, inseminasi intra uterin (IIU), ataupun In-Vitro Fertilisation (IVF).
 
Ditulis oleh: dr. Adila Rossa A Malik, SpOG, rekanan Makmal Diagnostik

0 Response to "Pemeriksaan Infertilitas Berbasis Klinik"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

loading...

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

loading...