7 Jenis Pemeriksaan Medis yang Perlu Dilakukan Sebelum Menikah




Pemeriksaan kesehatan atau yang dikenal dengan istilah check-up adalah sekumpulan pemeriksaan untuk mengetahui kondisi kesehatan seseorang. Premarital check-up atau pemeriksaan kesehatan pranikah dilakukan oleh sepasang calon suami istri sebelum pernikahan atau saat sedang merencanakan pernikahan. Hal ini bertujuan untuk mengenali kondisi kesehatan, risiko, maupun riwayat masalah kesehatan yang dimiliki oleh masing-masing pasangan, sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan dan penanganan masalah kesehatan sedini mungkin dengan efektif sebelum menjalani pernikahan.


Mengapa perlu mengetahui kondisi kesehatan pasangan sebelum menikah?


Kondisi kesehatan seseorang dapat mempengaruhi proses kehamilan dan kualitas kehidupan yang dimiliki oleh keturunan Anda nantinya. Maka, mengetahui kondisi kesehatan pasangan akan membuat perencanaan membangun rumah tangga menjadi lebih matang. Meskipun pemeriksaan kesehatan juga dapat dilakukan sebelum kehamilan, ada baiknya Anda melakukan pemeriksaan kesehatan beberapa bulan sebelum menikah. Dengan begitu, Anda dapat mengambil keputusan lebih baik setelah mengetahui risiko kesehatan yang mungkin dialami oleh Anda dan keluarga, jika Anda tetap melanjutkan ke jenjang pernikahan.


Pemeriksaan yang diperoleh di pelayanan pemeriksaan pranikah


Pemeriksaan kesehatan pranikah belum begitu banyak dilakukan di Indonesia, namun jika Anda ingin melakukannya, pemeriksaan ini terdapat di beberapa klinik, rumah sakit, maupun laboraturium pemeriksaan kesehatan swasta. Biasanya pemeriksaan berfokus pada penyakit infeksi dan penyakit yang mempengaruhi kesehatan reproduksi, serta penyakit bawaan yang mungkin diturunkan. Berikut ini beberapa jenis pemeriksaan kesehatan sebelum pernikahan yang umum dilakukan:


1. Berbagai pemeriksaan darah


Berupa pemeriksaan laju endap darah atau yang dikenal juga hematologi rutin (complete blood count) untuk mengetahui kesehatan individu secara umum dengan memeriksa komponen darah untuk mendeteksi kondisi anemia, leukemia, reaksi inflamasi dan infeksi, penanda sel darah tepi, tingkat hidrasi dan dehidrasi, polisitemia pada individu. Selain itu, pemeriksaan hematologi rutin juga bertujuan untuk mengetahui adanya risiko melahirkan keturunan dengan thalassemia dan hemofilia, namun juga perlu diperkuat dengan pemeriksaan hemoglobin HPLC, ferritin, dan badan inklusi HbH serta hematologi faal hemostasis.


2. Pemeriksaan golongan darah dan rhesus


Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui kecocokan rhesus dan efeknya terhadap ibu dan bayi. Jika calon pasangan memiliki rhesus yang berbeda, kemungkinan ibu akan mengandung  anak dengan rhesus yang berbeda. Hal ini dapat berbahaya bagi kesehatan anak dalam kandungan karena dapat merusak sel darah dan menyebabkan anemia dan organ dalam bayi.


3. Pemeriksaan kadar gula darah


Pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan kadar glukosa puasa untuk menentukan kondisi hiperglikemia seseorang. Hal diperlukan untuk mencegah dan penanganan dini dari komplikasi yang disebabkan oleh diabetes saat hamil.


4. Pemeriksaan urin


Dikenal juga dengan pemeriksaan urinalisa, untuk mendeteksi penyakit metabolik atau sistemik serta mendeteksi gangguan ginjal berdasarkan karaktertistik kimia (berat jenis, pH, leukosit esterase, nitrit, albumin, glukosa, keton, urobilinogen, biliubin, darah), sedimen mikroskopis (eritrosit, leukosit, silinder, epitel sel, bakteri, kristal), dan makroskopis (warna dan kejernihan).


5. Deteksi infeksi menular seksual


Dilakukan dengan uji VDRL atau RPR dengan menggunakan sampel darah. Keduanya berfungsi untuk mendeteksi antibodi yang bereaksi terhadap bakteri penyakit sifilis, Treponema pallidum. VDRL dapat menghasilkan hasil postif yang salah terhadap penyakit sifilis jika seseorang juga menderita beberapa penyakit infeksi seperti HIV, malaria, dan pneumonia saat pemeriksaan.


6. Deteksi infeksi hepatitis B


Hal ini dilakukan dengan deteksi penanda awal infeksi Hepatitis B. Bila HBsAg menetap dalam darah selama lebih dari 6 bulan, berarti telah terjadi infeksi kronis. Pemeriksaan HBsAg bertujuan untuk mencegah transmisi hepatitis B kepada pasangan melalui hubungan seksual, dan dampak buruknya kepada janin seperti cacat dan kematian akibat penularan kongenital selama kehamilan.


7. Deteksi penyakit penyebab kelainan selama masa kehamilan


Di antaranya penyakit yang disebabkan oleh kuman Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simplex (TORCH) berdasarkan aktivitas imunitas humoral IgG sebagai penanda infeksi. Infeksi akut TORCH pada saat hamil atau di atas 4 bulan sebelum hamil akan berisiko pada kehamilan berupa keguguran, bayi lahir prematur, dan dapat juga menyebabkan kelainan janin.  


Tes medis pranikah lain yang juga penting dilakukan


Selain pemeriksaan kesehatan di atas, terdapat pemeriksaan tambahan terhadap beberapa penyakit infeksi seperti klamidia, HIV, serta gangguan hormon tiroid. Hal ini dianjurkan jika Anda ingin segera menjalani kehamilan. Deteksi HIV dapat menjadi pemeriksaan pra nikah tambahan yang diutamakan, baik jika Anda ingin segera menjalani kehamilan maupun menunda kehamilan.


HIV merupakan penyakit yang memiliki perjalanan penyakit yang lama (kronis) dan menyerang imunitas tubuh. HIV sangat mudah ditularkan bagi pasangan suami istri bahkan berdampak pada kehamilan dan kelahiran anak yang sudah terinfeksi HIV. Pemeriksaan HIV dapat dilakukan dengan metode standar untuk mendeteksi antibodi HIV melalui cairan tubuh atau dengan metode rapid untuk mendeteksi antibody HIV dengan pemeriksaan sampel darah.


0 Response to "7 Jenis Pemeriksaan Medis yang Perlu Dilakukan Sebelum Menikah"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

loading...

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

loading...