Kedutan di Wajah, Berbahayakah

Anda pernah mengalami kedutan di wajah? Sebagian besar orang menganggap itu hal yang sepele dan tidak berbahaya. Padahal kedutan bisa berbahaya bila sampai pada tahap hemicial spasm atau HFC. Berbeda dengan kedutan biasa, HFC ini hanya dialami oleh salah satu sisi wajah.
Otot-otot wajah dikontrol oleh saraf-saraf wajah, yaitu saraf cranial yang ketujuh, yang bersumber pada batang otak dan keluar dari tengkorak di area sekitar telinga. Dari area tersebut, saraf ini bercabang lima. Saraf wajah termasuk saraf motorik, dengan tugas mengontrol gerakan alis, mata terpejam serta menggerakkan bibir dan mulut.
Gejala dari kondisi ini kebanyakan diawali di sekitar mata dan menurun ke bagian wajah lainnya. Sisanya, kedutan dapat pula terjadi di sekitar dagu lalu menjalar naik ke atas. Kedutan yang dialami biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, namun dapat mengganggu kerja ekspresi wajah normal serta penglihatan.
Penyebab dari terjadinya kedutan pada wajah biasanya adalah cidera pada saraf wajah, adanya tumor atau pembuluh darah yang menekan saraf atau akibat penyakit Bells palsy. Penyebab yang paling sering ditemui pada kondisi ini adalah adanya tekanan pada saraf wajah oleh pembuluh arteri anterior inferior cerebellar di mana saraf berwal pada batang otak. Tekanan ini membuat saraf salah menargetkan kontraksi saraf wajah. Kondisi seperti yang sudah dijelaskan juga berhubungan erat dengan trigeminal neuralgia, iritasi pada saraf cranial kelima yang bisa menimbulkan rasa sakit pada wajah.
Kondisi kedutan wajah ini cukup jarang terjadi dan biasanya menimpa orang-orang yang sudah berusia 44 tahun ke atas dan sering lebih dominan pada wanita. Jika gejala terjadi, segera periksakan diri ke dokter. Lakukan konsultasi dan pemeriksaan saraf, pemindaian area tengkorak dengan MRI untuk mengeliminasi kemungkinan adanya tumor otak, aneurism atau AVM. Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan electromyogram atau EMG pada wajah, seiring dengan pemeriksaan nerver conduction velocity atau NCV untuk mengukur otot dan aktivitas elektrik pada saraf.
Untuk mengatasi kondisi ini, dapat diambil tindakan operasi, suntik botoks maupun minum obat seperti biasa. Obat-obatan untuk kondisi ini hanya dapat diperoleh dengan resep dokter, berupa obat-obatan anti kejang seperti carbamazepine (Tegretol) atau phenytoin (Dilantin), perileks otot baclofen (Lioresal), diazepam (Valium) dan clonazepam (Klonopin). Efek sampingnya antara lain rasa kantuk, hilangnya kestabilan tubuh, mual dan ruam kulit. Selama meminum obat-obatan ini, pasien perlu diawasi dan menjalani tes darah agar tidak terjadi penyakit darah.
Untuk perawatan suntik botoks atau Botulinum toxin, aliran elektrik saraf untuk memicu gerakan otot dihentikan melalui suntikan bakteri C. botulinum. Botoks bertugas melepaskan acetycholine, sejenis penghantar saraf yang dapat membantu menghentikan kontraksi. Botoks akan bekerja dalam waktu tiga hari setelah dilakukan suntikan sebanyak satu sampai tiga tabung dan dapat bertahan hingga tiga bulan. Namun, perawatan ini pada akhirnya akan memicu tubuh untuk membentuk antibodi yang menolak efek botoks. Efek samping yang mungkin terjadi meliputi wajah yang melemah sementara waktu, lipatan mata yang menurun, iritasi pada mata dan meningkatnya kesensitifan.
Operasi bagi kondisi ini disebut sebagai prosedur dekompresi microvascular dan dapat meredakan tekanan pada saraf. Operasi dapat dijadikan alternatif jika obat-obatan dan suntikan tidak dapat menghentikan kejang pada wajah. Prosedur operasi dilakukan dengan kraniotomi atau pelubangan tengkorak kepala belakang, diikuti engan penempatan spons Teflon di antara pembuluh darah yang menekan dan saraf wajah. Waktu yang diperlukan untuk pemulihan seusai operasi adalah sekitar dua bulan, dengan risiko adanya pendengaran yang berkurang serta otot wajah yang melemah. (PA)
Ditinjau oleh: dr. Nina Amelia Gunawan
0 Response to "Kedutan di Wajah, Berbahayakah"
Post a Comment