Benarkah Wanita Lebih Mudah Pingsan Dibanding Pria




Beberapa dari Anda mungkin sudah familiar bagaimana rasanya mau pingsan. Kepala rasanya keliyengan, mual, pandangan seperti berputar-putar, berkeringat dingin, dan telinga berdenging, biasanya adalah beberapa tanda-tanda sebelum Anda kehilangan kesadaran.


Akan tetapi, jika Anda perhatikan dalam kehidupan sehari-hari Anda, mungkin Anda pernah bertanya-tanya: kenapa sebagian besar yang pingsan adalah perempuan? Benarkah ada hubungan antara pingsan dengan jenis kelamin?


Sampai saat ini memang belum ada penelitian atau laporan terkait hal tersebut. Pingsan yang ringan umum dialami orang-orang berusia kurang dari 40 tahun. Namun, bila pingsan terjadi saat berusia di atas 40 tahun, ini bisa jadi indikasi masalah kesehatan yang cenderung berat dan serius.


Lalu apa hubungannya dengan jenis kelamin? Dikutip dari WebMd.com, banyak wanita yang mengalami periode menstruasi berat, yang juga disebut menorrhagia, dan biasanya mengalami perdarahan lebih dari 7 hari (normalnya 4-6 hari) dan mengalami kram parah saat mens. Meskipun menstruasi berat menyiksa, bukan berarti kondisi ini adalah tanda masalah kesehatan serius. Namun, tak jarang menorrhagia yang parah menyebabkan seseorang kehilangan kesadaran alias pingsan.


Ketika wanita mengalami menstruasi berat, ia akan kehilangan banyak darah saat mens, sehingga kadar zat besi pada tubuh wanita akan turun drastis. Akibatnya, wanita bisa terkena anemia, yang menyebabkan tubuh terasa lelah dan lemah. Dalam kasus yang jarang terjadi, menstruasi berat bisa jadi tanda masalah kesehatan yang serius, seperti infeksi atau bahkan kanker.


Bisa saja Anda memiliki gangguan jantung


Sering pingsan bisa jadi petunjuk Anda mengalami gangguan jantung. Menurut US National Institute of Neurological Disorder and Stroke, seperti dikutip Kompas, pingsan erat kaitannya dengan turunnya tekanan darah secara mendadak, sehingga menyebabkan aliran darah ke otak mengalami penurunan.


Pingsan yang paling sering dialami oleh banyak orang adalah vasovagal syncope yang dipicu stres emosional, misalnya sakit, terlalu lama berdiri, atau melihat sesuatu yang dianggap menakutkan.


Tim peneliti dari Denmark melakukan penelitian dengan memantau orang-orang yang pernah pingsan selama beberapa tahun, dan kemudian dimuat di The Journal of the American College of Cardiology. Mereka menemukan sekitar 74% orang yang sering pingsan, akan menderita serangan jantung dan stroke. Mereka juga 5 kali lebih berisiko mendapatkan implan pemacu jantung.


Penelitian tersebut juga menyarankan agar orang-orang yang memiliki faktor risiko penyakit jantung rendah, tapi pernah pingsan, baiknya selalu rajin untuk cek ke dokter. Ketua tim peneliti Dr. Martin Ruwald mengatakan, Pasien, pihak keluarga, dan petugas kesehatan harus mewaspadai bahwa pingsan pada orang yang tampak sehat meningkatkan risiko kematian. Pingsan juga bisa jadi gejala awal penyakit kardiovaskular.


Dalam penelitian tersebut, tim peneliti memantau kesehatan sekitar 37.000 orang yang pernah pingsan tapi yang sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit, selama 4,5 tahun. Lalu tim peneliti membandingkan hasil tersebut dengan hasil kesehatan 185.000 orang yang tidak pernah pingsan. Tujuannya untuk mengetahui apakah orang yang pernah pingsan berisiko tinggi mengalami kematian prematur, mengalami pingsan yang berulang, menderita penyakit kardiovaskular, atau mendapatkan alat bantu seperti implan untuk pacu jantung.


Namun para peneliti mengatakan bahwa pingsan bisa jadi hal yang normal dan tidak menunjukkan gangguan kesehatan. Mereka memberikan contoh, pada wanita berusia 20-an awal, tekanan darahnya cenderung rendah, sehingga lebih sering pingsan. Sedangkan wanita berusia 25 tahun ke atas yang sehat, tapi pernah pingsan, ada baiknya tetap waspada karena mereka lebih berisiko mengalami gangguan kardiovaskular.


Wanita zaman dulu lebih sering pingsan


Ada sedikit fakta unik tentang wanita yang lebih mudah pingsan. Faktanya, seperti dikutip Telegraph, wanita yang hidup di abad 18 dan 19 lebih sering pingsan dibandingkan wanita masa kini. Ini disebabkan mereka sering memakai korset dan dress wol yang ketat.


Karena dulu memakai korset merupakan tren fashion dan selalu berganti tipe dan jenisnya, para wanita mengalami perubahan dalam tubuh mereka. Tulang rusuk mereka jadi berpindah tempat, napas mereka jadi lebih pendek, beberapa organ tertekan terkena tulang, dan organ lainnya turun ke bagian bawah perut. Hasilnya, wanita jadi lebih sulit bernapas, jantung jadi lebih bekerja keras dalam memompa darah, dan pencernaannya akan lebih sulit, apalagi wanita saat itu makan jadi lebih sedikit akibat perutnya dikekang korset. Bahkan mereka kadang hanya bisa makan dua gigit biskuit, saking tidak adanya ruang dalam perut mereka.


Karena tekanan darah yang tidak baik, ketidakmampuan untuk bernapas dengan baik, dan gula darah rendah, wanita era Victoria tersebut lebih banyak mengalami pingsan. Bahkan mereka memiliki ruang untuk pingsan sendiri yang lengkap dengan kursinya.


Karena mengenakan korset yang bahan-bahannya bisa lebih panas saat musim panas, beberapa wanita mengalami pingsan karena kepanasan, sedangkan wanita lainnya pingsan karena bobot baju dan korset yang berat.


Zaman sekarang, wanita memang sudah tak pakai korset lagi, namun sayangnya belum ada yang meneliti mengapa sepertinya wanita lebih rentan pingsan dibanding pria. Atau apakah anggapan ini benar atau hanya sekadar asumsi yang salah. Mungkin Anda punya pengalaman sendiri seputar pingsan?


0 Response to "Benarkah Wanita Lebih Mudah Pingsan Dibanding Pria"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

loading...

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

loading...