Mengatasi anemia di awal kehamilan

Anemia disebut juga kurang darah, yaitu suatu keadaan saat sel darah merah mempuyai jumlah kurang dari normal atau kadar hemoglobin (Hb) tidak mencapai nilai normal. Ibu hamil dinyatakan anemia jika mempunyai kadar Hb kurang dari 11,0 g/dL. Kadar Hb darah tersebut lebih rendah juka dibandingkan kadarnya pada wanita usia subur (15-49 tahun) yaitu dinyatakan anemia jika mempunyai kadar Hb kurang dari 12,0 g/dL. Data dari Riset Kesehatan Dasar Indonesia 2013 menunjukkan 37,1% Ibu hamil menderita anemia.
Dampak yang ditimbulkan akibat anemia diawal kehamilan (trimester 1) adalah bayi lahir prematur atau berat lahir rendah, bayi anemia, dan gangguan pertumbuhan saat masa kanak-kanak. Bagi Ibu, anemia dapat menyebabkan depresi mental pasca melahirkan.
Penyebab anemia gizi yang paling sering dijumpai adalah anemia defisiensi zat besi, asam folat dan vitamin B12. Pada dasarnya, defisiensi zat mikro (misalnya zat besi, asam folat dan vitamin B12) terjadi pada mereka yang mengalami defisiensi zat makro, misalnya kurang energi dan protein, serta kurus atau sangat kurus. Jadi, jika sebelum hamil memiliki berat badan yang cukup, biasanya Ibu hamil jauh dari mengalami anemia, kecuali jika mempunyai pola makan yang hanya suka mengonsumsi makanan tertentu, sangat pemilih dalam hal makanan, dan kebiasaan pantang makan makanan tertentu. Oleh sebab itu, Ibu masa awal kehamilan harus cukup mengonsumsi makan agar kebutuhan gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) terpenuhi dan kebutuhan gizi mikro juga tercukupi.
Untuk memenuhi kebutuhan zat besi, Ibu hamil bisa memilih mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi zat besi misalnya daging merah, hati, ayam, angsa, bebek, dan ikan. Bahan makanan yang juga mengandung zat besi dari sumber nebati, yaitu sayuran hijau, misalnya bayam, brokoli, jenis makanan lain yaitu kacang-kacangan, bijih-bijihan, padi-padian, misalnya gandum utuh, beras merah, serealia yang difortifiaksi, dan buah kering.
Untuk memenuhi kebutuhan folat, Ibu hamil bisa memilih mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi folat misalnya kacang kedelai, bayam, brokoli, asparagus, sawi hijau, bit, kentang dengan kulit, alpukat, pepaya, jeruk, pasta, roti bagel, roti tawar putih, roti gandum, kacang-kacangan, daging, dan hati.
Untuk memenuhi kebutuhan vitamin B12, Ibu hamil bisa memilih mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi vitamin B12 misalnya kerang, hati sapi, ikan trout, ikan salmon, ikan tuna, sereal, daging sapi, susu, yogurt, keju, ham, telur, dan ikan.
Berbagai makanan mengandung berbagai zat gizi, bagaimana mengonsumsinya? Untuk mendapatkan berbagai zat gizi yang terkandung di berbagai bahan makanan sumber tersebut, sebaiknya Ibu mengonsumsi makanan yang bevariasi dan dalam jumlah yang cukup.
(dr. Luciana B. Sutanto, M.Gizi, SpGK)
Referensi:
Assessing the iron status of populations. report of a joint World Health Organization/ Centers for Disease Control and Prevention technical consultation on the assessment of iron status at the population level. 2nd ed. Geneva: World Health Organization; 2007. http://www.who.int/nutrition/ publications/micronutrients/anaemia_iron_deficiency/9789241596107.pdf.
Allen LH. Anemia and iron deficiency: effects on pregnancy outcome. AJCN 2006; 71 (Suppl.): 12804.
Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia and assessment of severity. WHO/NMH/NHD/MNM/11.1. VMNIS | Vitamin and Mineral Nutrition Information System. P-VMNIS |. http://www.who.int/vmnis/indicators/ haemoglobin.pdf.
Pasricha SR, Low M, Thompson J, Farrell A, De-Regil LM. Iron supplementation benefits physical performance in women of reproductive age: a systematic review and meta-analysis. J Nutr 2014;144(6):906-14.
Ross AC, Caballero B, Cousins RJ, Tucker KL, Ziegler TR. Modern Nutrition in Health and Disease, 11th Edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2017
0 Response to "Mengatasi anemia di awal kehamilan"
Post a Comment