Memilih Pembalut yang Tepat
Beberapa waktu lalu, para wanita dibuat panik dengan temuan YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) yang menyebutkan soal adanya zat klorin atau pemutih, pada pembalut dan pantyliner yang beredar di pasaran. Disebutkan bahwa jika bersentuhan langsung dengan organ intim perempuan, klorin bisa menyebabkan iritasi, gatal-gatal, keputihan. Dalam jangka panjang, klorin bisa memicu kanker.
Hal ini mendapat respons dari menteri kesehatan, Nila F. Moeloek. Dikutip dari Suara.com, Menkes Nila menegaskan bahwa iritasi dan gatal akibat pemakain pembalut merupakan kasus individual yang efeknya bisa saja berbeda pasa setiap orang. Ia pun menyebut bahwa hingga kini belum ditemukan laporan dari konsumen yang merasakan hal negatif dari pemakaian produk pembalut tertentu.
Apa sih zat klorin? Ini merupakan bahan kimia yang bersifat memutihkan warna tampon maupun pembalut. Adapun bahan kimia yang umumnya digunakan adalah gas klorin yang menyisakan residu dioxine pada proses akhirnya. Bahan dioxine sendiri merupakan pengontaminasi lingkungan (limbah) dan merupakan pemicu timbulnya kanker akibat paparan yang terjadi terus-menerus.
1.Endometriosis
Penyakit endometriosis secara langsung terkorelasi dengan keberadaan dioxin pada produk pembalut yang dipakai.
2.Sifat alami klorin dioksida sebagai pestisida dan berbau seperti bahan klorin pemutih ini mengandung bahan antimikroba yang berfungsi sebagai desinfektan. Meski efektif membunuh mikroba melalui pengacauan nutrisi pada dinding selnya, namun jejak pestisidanya sendiri tidak ramah kesehatan jika digunakan.
3.Kebanyakan pembalut dibuat dari bahan katun yang sejak awal pengelolaanya menerima semprotan pestisida dan insektisida. Kondisi katun yang demikian langsung terbungkus dalam kemasan dan siap dikenakan, berbeda dengan pakaian berbahan katun yang dapat dicuci terlebih dahulu. Jejak pestisida maupun insektisida ini bersentuhan langsung dengan jaringan lunak di area kewanitaan dan menghantarkan paparan dua bahan kimia berbahaya ini langsung ke dalam tubuh.
Untuk memastikan bahan-bahan yang terkandung di dalam pembalut yang digunakan setiap bulan adalah bahan yang aman dan tidak berpotensi menyebabkan penyakit kronis, diperlukan pemilihan produk yang teliti dan tepat. Menggunakan pembalut yang terbuat dari bahan organik merupakan salah satu alternatif untuk menghindari kandungan pestisida maupun insektisida yang ada di pembalut biasanya. Pembalut berbahan organik menggunakan bahan katun yang berasal dari tanaman yang dikembangbiakkan dengan cara organik, tanpa penggunaan gas klorin dioksida sebagai pemutih.
Bahan yang digunakan untuk menghindari kandungan dioxine meliputi bahan rami, bambu maupun katun yang ditumbuhkan tanpa semprotan bahan-bahan kimia. Selain itu, saat aliran darah menstruasi sedang banyak-banyaknya, menggunakan cup menstruasi berupa karet yang terbuat dari bahan alami dan dapat digunakan kembali adalah cara yang aman. Meski demikian, penggunaan cup yang memiliki ukuran-ukuran berbeda-beda bagi wanita yang sudah dan belum melahirkan ini, masih jarang digunakan di Indonesia. Karena itu, jalan satu-satunya adalah menggunakan pembalut sekali pakai yang berlabel organik. Jangan lupa untuk tetap mengecek bahan pembuatnya di kemasan sebelum membeli pembalut. Pilih yang memiliki daya serap tinggi dan permukaannya halus sehingga tidak mudah iritasi. Pilih juga pembalut yang membuat Anda nyaman. Terpenting, jangan menggunakan pembalut terlalu lama. Gantilah pembalut sesering mungkin, terutama ketika darah haid yang keluar sedang banyak-banyaknya.
Ditinjau oleh: dr. Nina Amelia Gunawan
0 Response to "Memilih Pembalut yang Tepat"
Post a Comment