Anak Perempuan Lebih Sering Mengalami Growing Pain! Kenali Gejalanya
Apakah anak Mama yang berusia 8 sampai 12 tahun pernah mengeluh (bahkan menangis) tengah malam, karena lutut dan kakinya nyeri? Setelah Mama cek, ternyata tidak ada luka atau bekas jatuh. Apa sih yang sebenarnya terjadi pada si Kecil?
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), growing pain merupakan kasus yang cukup sering dikeluhkan oleh orangtua, dan ditemukan dalam praktik dokter sehari-hari. Biasanya anak mengeluhkan sakit atau nyeri hebat di bagian tungkai kaki, dan lebih sering terjadi di waktu tidur malam. Tentu saja ini membuat orangtua khawatir ya, Ma.
Jika anak Mama mengalami beberapa tanda tersebut, maka bisa jadi ia mengalami growing pain. Apa sih maksudnya growing pain? Berbahaya tidak ya? Apakah bisa memengaruhi pertumbuhan si Kecil?
Nah, untuk menjawab semua pertanyaan seputar growing pain, yuk ketahui 5 info penting berikut ini.
1. Apa itu growing pain?
Menurut IDAI, growing pain adalah rasa nyeri, keram, kadang seperti berdenyut di tungkai bawah. Walaupun namanya growing pain atau nyeri pertumbuhan, namun berita baiknya adalah: masalah ini tidak mengganggu pertumbuhan anak.
Kondisi ini berkaitan dengan ambang nyeri anak yang rendah dan pada beberapa kasus berkaitan dengan masalah psikologis, tulis dr. R.A. Setyo Handryastuti, Sp.A(K), Staf Divisi Neurologi FKUI-RSCM, pada tulisannya untuk IDAI.
2. Apa sih penyebabnya?
Menurut dr. Handry, diduga penyebab growing pain adalah aktivitas yang berlebihan menggunakan otot-otot tungkai bawah, seperti aktivitas berlari, memanjat, melompat, dan aktivitas fisik lainnya yang bisa menyebabkan nyeri otot.
Semua aktivitas fisik berlebihan yang dilakukan di siang hari bisa meningkatkan risiko growing pain di malam hari.
3. Anak usia berapa yang bisa mengalami growing pain?
Melihat daftar aktivitas fisik yang bisa menyebabkan growing pain, sepertinya tidak heran ya Ma kalau anak usia sekolah adalah yang paling sering mengalaminya.
dr. Handry juga menginformasikan kalau growing pain lebih banyak ditemukan pada anak usia prasekolah (usia 3 sampai 4 tahun) dan usia sekolah (8 sampai 12 tahun).
Uniknya, anak perempuan ternyata lebih banyak mengalami growing pain dibandingkan anak lelaki.
4. Bagaimana cara meredakan growing pain?
Sebenarnya tidak ada obat atau terapi khusus untuk meredakan growing pain, karena masalah ini akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 1 sampai 2 tahun. Kalaupun tidak hilang sempurna dalam 1 tahun, keluhan yang dirasakan anak akan semakin berkurang.
Jika anak sedang mengeluhkan nyeri akibat growing pain, Mama bisa meredakannya dengan beberapa cara rekomendasi IDAI berikut ini:
- Memijat otot-otot tungkai bawah yang nyeri.
- Kompres hangat di daerah yang nyeri.
- Mandi air hangat sebelum tidur.
- Memberikan obat untuk mengurangi rasa nyeri (seperti ibuprofen atau parasetamol). Jangan memberikan aspirin untuk remaja dan anak, karena ini sering dikaitkan dengan masalah kesehatan serius Reye Syndrome.
- Melatih anak relaksasi otot-otot pada siang hari, agar nyeri tidak timbul di malam hari.
5. Kapan harus ke dokter?
Walau growing pain bisa hilang dengan sendirinya dan Mama bisa meredakannya dengan cara-cara di atas, namun sebaiknya anak segera dibawa ke dokter jika:
- Nyeri yang menetap.
- Nyeri menetap di pagi hari.
- Nyeri mengganggu aktivitas anak sehari-hari.
- Nyeri dirasakan di daerah sendi.
- Nyeri terjadi setelah jatuh atau terbentur.
- Nyeri disertai gejala lain, seperti bengkak, demam, pincang, ruam, lemah, lelah, kehilangan selera makan, berat badan menurun.
Semoga growing pain yang dirasakan anak segera membaik ya, Ma.
0 Response to "Anak Perempuan Lebih Sering Mengalami Growing Pain! Kenali Gejalanya"
Post a Comment