Kenapa Ibu Tak Boleh Menambahkan Gula dan Garam Pada Makanan Bayi




Pada usia 6 bulan, bayi sudah boleh diperkenalkan dengan makanan padat. Ya, pada usia ini memang bayi membutuhkan makanan lain selain ASI karena kebutuhan nutrisinya meningkat dan ASI sudah tidak bisa memenuhinya dengan baik.


Memperkenalkan bayi dengan makanan pertamanya bukan suatu hal yang mudah. Ibu tidak boleh sembarangan dalam memberikan makanan kepada bayinya. Makanan harus diperkenalkan secara bertahap kepada bayi, mulai dari teksturnya, rasanya, sampai porsinya. Bahkan, sebaiknya ibu tidak menambahkan gula dan garam pada makanan bayi. Mengapa?


Kenapa sebaiknya tak menambahkan gula dan garam pada makanan bayi?


Faktanya, menambahkan gula dan garam pada makanan bayi bukan merupakan hal yang diperlukan oleh bayi. Jadi, ibu tidak perlu repot-repot menambahkan gula atau garam ke dalam makanan bayi.


Memang, bagi kita orang dewasa, makanan tanpa gula dan garam mempunyai rasa yang hambar, sehingga kita tidak berselera untuk memakannya. Namun, perlu Anda ingat bahwa bayi baru diperkenalkan dengan rasa. Sehingga, makanan tanpa gula atau garam bukan suatu masalah bayi bayi Anda.


Beberapa alasan mengapa Anda tidak perlu menambahkan gula dan garam dalam makanan bayi adalah:


1. Tubuh dan sistem pencernaan bayi yang masih kecil tidak membutuhkan asupan garam yang banyak


Bayi hanya membutuhkan kurang dari 1 gram garam setiap hari sampai usianya 12 bulan. Bahkan, saat usianya 1-3 tahun, bayi hanya memerlukan asupan garam sebesar 2 gram. Jumlah yang sangat sedikit, bukan?


Jika asupan garam bayi lebih dari ini, justru dapat membahayakan kesehatan bayi karena ginjal bayi tidak dapat menangani garam lebih banyak dari jumlah tersebut. Ginjal merupakan organ yang bertugas untuk menyaring zat yang diperlukan oleh tubuh. Kelebihan zat, seperti natrium, kalium, fosfor, dan lainnya akan dibuang oleh ginjal.


2. Membantu bayi mengenal rasa asli dari makanan


Ya, tidak menambahkan gula maupun garam dalam makanan bayi dapat membantu bayi mengenal berbagai rasa dari jenis makanan yang berbeda. Sehingga, bayi akan terbiasa mengonsumsi berbagai jenis makanan dengan rasa berbeda. Hal ini juga dapat membuat pilihan makanan bayi menjadi lebih luas. Diharapkan, saat tumbuh besar nanti, ia tidak menjadi anak yang pilih-pilih makanan.


3. Mencegah anak dari berbagai penyakit akibat terlalu sering makan makanan manis atau asin


Anak yang suka pilih-pilih makanan cenderung lebih suka mengonsumsi makanan dengan rasa yang itu-itu saja (asin atau manis). Rasa yang dikenali dan nyaman di lidah anak. Akibatnya, anak yang suka sekali dengan makanan manis akan terus-terusan makan makanan manis, sehingga membuatnya berisiko mengalami gigi berlubang.


Selain itu, sering makan makanan manis juga dapat meningkatkan risiko diabetes mellitus tipe 2. Sedangkan, anak yang suka sekali dengan makanan asin dapat menjadi kecanduan dengan makanan asin, sehingga meningkatkan risikonya untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi).


Kapan sebaiknya menambahkan gula dan garam pada makanan bayi?


Anda bisa menambahkan gula dan garam pada makanan bayi Anda saat usia bayi sudah memasuki 1 atau 1,5 tahun atau lebih. Namun, hati-hati dalam  menambahkan gula atau garam ini, jangan terlalu banyak.


Anda juga harus memerhatikan dengan baik setiap makanan yang diberikan ke bayi Anda, terutama makanan kemasan. Mengapa? Karena biasanya makanan kemasan atau makanan instan mengandung gula dan garam tersembunyi. Sebaiknya bacalah informasi nilai gizi pada kemasan dan lihat berapa kandungan gula dan garam (natrium) dalam makanan kemasan tersebut sebelum Anda membelinya.


0 Response to "Kenapa Ibu Tak Boleh Menambahkan Gula dan Garam Pada Makanan Bayi"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

loading...

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

loading...