Anak Bertengkar dengan Teman, Perlukah Mama Ikut Campur
?
Semakin bertambah usianya, anak-anak makin mengenal banyak orang. Jumlah teman pun bertambah, dari yang tadinya hanya teman main di sekitar lingkungan rumah, kemudian mendapat kenalan baru di sekolah.
Nah, yang namanya pertemanan pasti nggak selalu mulus kan, Ma? Kalau orang dewasa saja kadang berselisih paham dengan teman, anak-anak juga bisa mengalaminya.
Mungkin alasan pertengkaran anak lebih sepele. Hanya karena berebut mainan atau tidak bisa menerima kekalahan dalam sebuah permainan.
Tapi tak jarang pertengkaran mereka berujung tangis dan kontak fisik. Alhasil, bukan hanya anaknya yang bertengkar, tapi para Mama pun ikut turun membela buah hati masing-masing.
Sebenarnya, perlu nggak sih Mama ikut campur ketika Si Kecil bertengkar dengan teman?
Latih kemampuan sosial anak dengan membiarkannya selesaikan masalah sendiri
Orangtua mana yang tega melihat anaknya disakiti? Pasti gak ada dong! Ketika melihat Si Kecil bertengkar dengan teman sampai menangis, Mama pasti nggak tega dan ingin membelanya. Sebaiknya urungkan niat Mama, karena hal ini justru membuat anak semakin tidak mandiri.
Kondisi emosional anak masih labil sehingga ia belum paham apa itu toleransi, menyikapi masalah, dan menjaga hubungan baik. Wajar jika ia masih sangat sensitif dan mudah terpancing emosinya.
Ketika bertengkar dengan teman, ia sebenarnya sedang melatih kecerdasan sosialnya. Bagaimana ia harus menghadapi masalah dan belajar mengalah.
Maka selama pertengkaran mereka nggak berbahaya, sebaiknya Mama cukup mengamati dari jauh.
Agar Mama tidak khawatir, beri pengertian pada Si Kecil untuk segera meminta pertolongan jika ia dilukai.
Emosi anak kecil yang masih meledak-ledak kadang nggak bisa ditebak. Bisa saja pertengkaran mereka sampai menimbulkan kontak fisik seperti saling pukul.
Jangan menegur dan membela di depan banyak orang
Ketika anak Mama bertengkar dan posisinya adalah sebagai korban, hindari menegur temannya di hadapan banyak orang.
Sama halnya jika Si Kecil ternyata bertindak sebagai pelakunya. Jangan memarahinya di depan teman-teman.
Hal ini akan berdampak buruk pada psikologis anak. Membela anak di depan orang banyak akan membuatnya besar kepala. Sementara temannya yang Mama tegur merasa malu dan bisa saja menimbulkan dendam.
Bahas masalah pertengkaran ini di rumah, ketika suasana hati Si Kecil sudah lebih stabil. Nasehati ia agar lebih menghargai orang lain.
Mama juga sebaiknya menghindari kalimat pembelaan yang memicu dendam, seperti Besok lagi jangan mau dinakalin. Kamu balas saja atau lapor sama Mama.
Kalimat ini lebih baik diganti dengan Tadi kan sudah maaf-maafan, besok main lagi ya sama Budi. Jangan bertengkar lagi ya anak baik.
Tidak perlu membenci orangtua dari teman Si Kecil
Penyakitnya para Mama ketika melihat anaknya bertengkar adalah ikut saling membenci. Tempo hari, anak sulung Mama yang bernama Ani bertengkar dengan Wati karena berebut buah di depan rumah.
Mengetahui Ani menangis dan Wati berhasil merebut buahnya, Mama jadi geram dan membenci anak itu. Parahnya, Mama tak hanya membenci Wati tapi juga orangtuanya. Hayo ngaku, pasti Mama pernah kan merasa seperti ini?
Padahal ketika anak-anak bertengkar, para Mama tidak ada di tempat. Hanya karena naluri seorang Mama yang tidak ingin anaknya terluka atau disakiti.
Banyak kasus permusuhan antar tetangga yang disebabkan oleh hal sepele ini. Hanya karena anaknya bermusuhan, orangtuanya pun nggak mau kalah.
Sebagai orangtua bijak, pertengkaran antara anak dengan teman harusnya bisa diambil sisi positifnya. Tugas Mama memang melindungi, tapi bukan berarti membebaskannya dari masalah.
Berikan ia kesempatan untuk belajar menyelesaikan masalahnya sendiri dengan teman. Bekali dengan nilai-nilai sosial yang terpuji, agar selalu bisa bersikap baik di tengah masyarakat.
Mama, sesungguhnya pertengkaran merupakan salah satu proses sosial yang akan dilalui Si Kecil. Baiknya, sebagai orangtua mengamati dengan baik apa sebenarnya pemicu pertengkaran anak.
Ajarkan anak untuk tidak mudah terpancing emosi dan jika ia sulit menahan emosinya saat dijahili temannya, Mama dapat meminta Si Kecil untuk tidak menjadi pemarah dan harus menjadi anak yang pemaaf ya, Ma.
0 Response to "Anak Bertengkar dengan Teman, Perlukah Mama Ikut Campur"
Post a Comment