Melawan Tuberkulosis Dimulai dari Diagnosis Akurat

Tuberkulosis atau TB masih merupakan masalah kesehatan yang terus-menerus menelan korban. Di tahun 2012 saja, tercatat sebanyak 530 ribu kasus dengan 74 ribu di antaranya adalah penderita anak-anak. Saking ganasnya TB, penyakit ini menduduki posisi nomor 2 setelah HIV perihal penyebab kematian di dunia.
Salah satu cara mengurangi penyebaran TB adalah penanganan dini. Hal ini lebih optimal bila dilakukan melalui pemeriksaan akurat dengan alat diagnostik di laboratorium. Pemeriksaan tersebut dinamakan IFN-Gamma release Assay atau IGRA.
Pemeriksaan IGRA adalah pemeriksaan darah yang dapat mendeteksi infeksi TB di dalam tubuh. IGRA bekerja dengan mengukur respons imunitas selular atau sel T terhadap infeksi TB. Hasilnya pun spesifik sebab sensitivitasnya tinggi.
Sel T dalam individu yang terinfeksi TB akan diaktivasi sebagai respons terhadap sensitisasi antigen berupa peptida spesifik Mycobacterium Tuberculosis, yaitu Early Secretory Antigenic Target-6 (ESAT-6) dan Culture Filtrate Protein-10 (CFP-10) yang ada di dalam sistem reaksi. Sel T akan menghasilkan Interferon Gamma (IFN-) yang diukur dalam pemeriksaan.
Protein yang digunakan dalam reaksi pemeriksaan IGRA tidak terdapat dalam vaksin BCG dan MOTT (kecuali M. kansasii, M. Marinum, dan M. Szulgai). Alhasil, pemeriksaan menjadi sangat spesifik dan tidak terpengaruh oleh vaksin BCG. Oleh karena itu, pemeriksaan IGRA dengan hasil positif lebih akurat hingga 6 kali lipat dibandingkan TST atau Tuberculin Skin Test.
Bicara soal TST, tes ini dilakukan dengan memberikan protein TB atau antigen pada lapisan teratas kulit atau pada bagian dalam lengan atas. Jika terjadi infeksi bakteri TB atau Mycobacterium tuberculosis, kulit Anda akan bereaksi dengan memunculkan benjolan-benjolan merah dalam dua hari.
Sayangnya pemeriksaan TST bisa terpengaruh oleh adanya vaksin BCG. Oleh karena itu, pemeriksaan IGRA lebih dianjurkan. Pertama, hasilnya lebih akurat tanpa adanya perbedaan kinerja pada anak berusia di bawah 5 tahun. Kedua, hasilnya bahkan lebih spesifik daripada TST untuk mendeteksi Laten Tuberculosis Infection atau LTBI.
Jika anak-anak tinggal dengan orang dewasa yang positif menderita TB, pemeriksaan IGRA pun cenderung akan membantu dalam mendeteksi perkembangan LTBI menjadi TB aktif pada anak. Bila biasanya pemeriksaan TST dilakukan 2 kali, maka pemeriksaan IGRA hanya memerlukan satu kali tes laboratorium. Praktis bukan? Selain itu, pemeriksaan IGRA tidak sakit sebab tidak memakai jarum suntik seperti pada TST.
Saat anak mengalami gejala TB seperti batuk yang terus-menerus terjadi meski telah melalui pengobatan antibiotik disertai dengan penurunan berat badan yang drastis, sebaiknya pemeriksaan IGRA perlu segera dilakukan. (ADV)
0 Response to "Melawan Tuberkulosis Dimulai dari Diagnosis Akurat"
Post a Comment