Semua yang Perlu Anda Tahu Tentang Bipolar Disorder
Manusia mempunyai berbagai emosi dan perasaan seperti rasa senang, sedih, gembira, dan murung. Kita akan merasa bahagia saat merespon sesuatu yang menyenangkan, tetapi setelah beberapa saat, perasaan itu akan menghilang atau mereda. Kita dapat merasakan kesedihan, tetapi tetap akan hilang setelah beberapa waktu. Perasaan manusia datang silih berganti tergantung suasana yang ada.
Tapi tidak dengan orang yang mengidap bipolar disorder. Orang dengan kondisi mental ini, suasana hatinya bisa berubah dengan esktrem. Tiba-tiba senang, lalu sepersekian detik lainnya bisa menjadi sangat sedih tanpa pandang suasana. Apa itu bipolar? Kupas tuntas penjelasannya di sini.
Apa itu gangguan bipolar?
Bipolar disorder atau yang juga dikenal sebagai gangguan bipolar adalah suatu kondisi mental yang menyebabkan terjadinya perubahan mood yang ekstrem. Hal ini membuat orang yang memiliki gangguan ini dapat berubah perasaan secara tiba-tiba dari sangat bahagia (mania) menjadi sangat sedih (depresi). Sering kali, di antara perubahan keduanya, pasien tetap mengalami kondisi mood yang normal.
Saat pasien merasa sedih, ia akan merasa tertekan, kehilangan harapan, dan bahkan dapat kehilangan keinginan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Tetapi saat merasa senang, pasien akan merasa sangat bersemangat dan penuh gairah. Perubahan mood tersebut dapat terjadi beberapa kali dalam setahun. Kondisi jiwa ini dapat menyebabkan rusaknya hubungan pribadi, rendahnya motivasi dan produktivitas di tempat kerja, dan yang lebih buruk lagi dapat menyebabkan perasaan ingin melakukan bunuh diri. Oleh karena itu, orang-orang dengan bipolar disorder sangat disarankan untuk menghubungi bantuan medis saat mengalami perubahan mood yang signifikan
Apa saja tanda-tanda bipolar disorder?
Berdasarkan pengertian dari The American Psychiatric Associations Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar dapat dibedakan menjadi dua yaitu gangguan Bipolar I dan II.
Gangguan Bipolar I atau tipe klasik ditandai dengan adanya 2 episode yaitu mania dan depresi. Gangguan Bipolar II ditandai dengan hipomania dan depresi. Selain kedua tipe kondisi mental tersebut, masih ada lagi yang disebut cyclotimia.
Perilaku mania dan hipomania adalah kondisi pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang menunjukkan ekspresi kegembiraan berlebihan. Misalnya orang dengan kondisi ini merasa banyak ide, paling pintar, menggampangkan permasalahan, yang kemudian menciptakan pikiran positif berupa perasaan bahagia berlebihan, tingkah laku terlalu gembira, dan terlihat menonjol. Pada tingkat perilaku hipomania, orang dengan bipolar disorder masih dapat mengendalikan diri, sementara mereka yang berperilaku mania sudah tidak dapat mengendalikan diri. Fase mania dialami selama 2 minggu sampai 4 5 bulan (rata-rata sekitar 4 bulan)
Sementara itu, perilaku depresi adalah kondisi pikiran yang negatif, putus asa, dan tidak ada ide. Orang dengan depresi diliputi perasaan sedih, tidak bersemangat yang berlebihan, cenderung bertingkah laku pendiam, pemalas, dan tidak mau bersosialisasi dengan lingkungannya. Bahkan terkadang pada tingkat depresi yang sangat tinggi, timbul perasaan ingin bunuh diri. Fase depresi dialami lebih lama daripada fase mania yaitu sekitar 6 bulan, tetapi pada orang yang berusia lebih tua dapat dialami lebih dari setahun.
Berikut merupakan ciri-ciri orang yang mengalami bipolar:
Selama episode mania, beberapa ciri dan gejala lain yang dapat muncul, antara lain:
- Merasa terlalu bahagia dan bersemangat.
- Sangat sensitif dan mudah tersinggung.
- Banyak makan.
- Tidak terasa mengantuk karena merasa sangat berenergi
- Bersikap gegabah dan melakukan kegiatan-kegiatan yang berisiko.
- Berbicara dengan sangat cepat dan mengubah topik pembicaraan dari satu topik ke yang lainnya.
- Mengalami penurunan kemampuan untuk melakukan penilaian atau pembuatan suatu keputusan.
- Anda bisa juga dapat melihat hal-hal aneh dan mendengar suara-suara misterius.
Sedangkan, dalam episode depresi ada beberapa tanda dan gejala gangguan mental ini adalah:
- Merasa sangat bersedih dan kehilangan harapan pada jangka waktu yang panjang.
- Kehilangan ketertarikan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
- Nafsu makan menurun
- Merasa ngantuk dan malas.
- Merasa terlalu sadar diri dan minder.
- Sulit berkonsentrasi.
- Memiliki pemikiran untuk bunuh diri.
Apakah kondisi mental ini merupakan penyakit menular?
Bipolar bukanlah penyakit menular karena tidak ada agen yang menjadi penyebab (etiologi) seperti bakteri, kuman, virus, dan sebagainya. Di dunia psikiatri, meskipun organ yang terkena adalah otak, tetapi tidak dapat ditunjuk satu atau beberapa agen yang menjadi penyebab. Dengan demikian, terjadinya gangguan jiwa tidak dapat ditularkan dari satu individu ke individu lain.
Apa penyebab kondisi ini terjadi?
Ada berbagai faktor yang menyebabkan seseorang menderita gangguan bipolar, yaitu:
- Faktor biologis
Adanya gangguan disebabkan oleh kelainan pada zat kimiawi di sel saraf otak. Ketidakseimbangan ini ditunjukkan antara lain oleh respon penderita terhadap obat-obatan yang bekerja pada sistem saraf tersebut.
- Faktor genetik
Individu yang salah satu orangtuanya menderita kondisi mental ini , memiliki risiko 15 30% untuk juga menderita gangguan bipolar. Jika kedua orangtuanya menderita bipolar, kemungkinan 50 75% anaknya akan menderita kondisi ini uga. Pada kembar identik, risiko 33 90% saudara kembar akan menderita juga. Sebanyak 10 15% keluarga dari pasien yang mengalami gangguan bipolar pernah mengalami satu episode gangguan mood.
- Faktor psikososial
Peristiwa dalam kehidupan yang penuh tekanan akan menyebabkan perubahan dalam biologi di otak maupun perubahan signal dalam saraf. Informasi yang dialami akan disimpan di dalam otak yang akan terpanggil kembali pada satu kejadian yang membangkitkan memori. Proses memori terjadi meskipun tidak ada sesuatu yang berasal dari luar yang memicunya.
Saya mengalami gejala-gejala di atas. Apakah saya mengidap bipolar disorder?
Seseorang dapat mendeteksi dirinya mengalami gangguan jiwa hanya dalam tahap deteksi awal saja. Namun, diagnosis hanya bisa dilakukan oleh tenaga profesional seperti dokter ahli kedokteran jiwa. Selain diagnosis kedokteran, profesi lain yang berkaitan dengan kesehatan jiwa juga mempunyai diagnosis atau penamaan sendiri.
Diagnosis dibuat berdasarkan kriteria yang ada dengan melakukan pemeriksaan klinis, tanda dan gejala lewat hasil pengamatan, wawancara pada pasien atau orang lain yang terdekat dengannya seperti orangtua, anak, suami/istri, teman, dan lainnya. Pasien akan diminta menceritakan kisahnya dan psikiater akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan mengenai hal yang digambarkan.
Apa beda antara depresi dan gangguan bipolar?
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai apa saja beda depresi dan bipolar disorder, berikut adalah beberapa hal yang bisa Anda perhatikan:
1. Penyebab depresi dan gangguan bipolar berbeda total
Meskipun hingga saat ini para peneliti belum menemukan secara pasti apa penyebab bipolar, mereka meyakini bahwa faktor genetik lebih berperan penting dalam menyebabkan bipolar. Dua zat kimia di otak, serotonin dan norepinephrine, menjadi berantakan pada seseorang yang mengalami bipolar. Sedangkan depresi lebih dipengaruhi oleh beragam hal, mulai dari faktor genetik, perubahan hormon, penggunaan obat-obatan, hingga stress kronis.
2. Depresi menyebabkan sedih berkelanjutan, bipolar menyebabkan seseorang bolak-balik merasa bahagia dan sedih
Gangguan bipolar menyebabkan seseorang mengalami dua fase berbeda, yaitu fase mania dan depresi yang bisa muncul bergantian. Gejolak perubahan mood ini bisa terjadi drastis, dan seringkali muncul tidak sesuai dengan situasi-kondisi yang sedang terjadi. Misalnya, pada saat sedang hangout hura-hura bersama teman, pengidap bipolar malah merasa sedih tanpa sebab.
Ketika seseorang berada pada fase mania maka seseorang akan berada pada puncak mood, sangat bersemangat, tidak bisa tidur, banyak bicara dibanding biasanya, berbicara sangat cepat, gampang teralihkan konsentrasinya, dan berpikir jangka pendek tanpa berpikir akibatnya. Fase mania biasanya berlangsung selama 7 hari. Di antara fase mania dan depresi, terdapat fase psychosis yang merupakan suatu kondisi dimana seseorang akan merasa asing terhadap dunianya dan berhalusinasi atau memiliki ide-ide yang tidak masuk akal. Sementara ketika seorang bipolar berada pada fase depresi, ia cenderung mengalami gejala yang sama seperti orang yang mengalami depresi.
Biasanya, seseorang dapat mengembangkan kecenderungan kondisi mental ini pada rentang usia remaja hingga 30an.
3, Beda penyakit, beda pula gejala yang ditimbulkan
Beda depresi dan bipolar disorder seringkali sulit untuk dibuat diagnosis resminya karena kedua gangguan mental ini sering menunjukkan gejala yang sama. Namun, ada beberapa hal yang dapat menjadi pembeda untuk menentukan diagnosis apakah seseorang mengalami depresi atau gangguan bipolar. Pada dasarnya, orang dengan bipolar akan mengalami episode mania. Namun tidak demikian pada orang dengan gangguan depresi.
Depresi dapat ditandai dengan gejala fisik seperti munculnya perasaan sakit nyata di tubuhnya (baik yang dapat dijelaskan sebabnya ataupun tidak), munculnya perasaan sedih/cemas, putus asa, marah, kehilangan ketertarikan terhadap sesuatu hal atau kehilangan ketertarikan untuk berinteraksi dengan lingkungan, kehilangan nafsu makan, kesulitan untuk tidur atau insomnia, kesulitan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, mengingat, halusinasi, dan munculnya pikiran untuk melukai diri sendiri.
Sedangkan ciri orang yang mengidap gangguan ini dapat diamati dengan kecenderungan untuk melukai diri sendiri, suasana hati yang tidak stabil atau berubah secara drastis, dan lebih sensitif terhadap sesuatu.
4. Beda depresi dan bipolar bisa dilihat dari obatnya
Beda depresi dan bipolar, maka pengobatannya pun juga berbeda. Depresi bisa berlangsung singkat, dan pada kasus depresi klinis yang berlangsung lama, pilihan pengobatan termasuk mengikuti konseling CBT dengan psikoterapis atau menggunakan resep obat antidepresan. Sedangkan pada pengidap bipolar biasanya akan mendapatkan pengobatan yang lebih intens, karena bipolar merupakan kondisi yang dapat berlangsung seumur hidup dan lebih kompleks tergantung dari tingkat keparahan fase yang dialaminya.
Tips tinggal atau menjalin hubungan dengan orang yang mengalami kondisi ini
Pasangan bipolar bukan berarti hubungan Anda berdua adalah akar masalahnya. Jika gangguan bipolar menjadi duri dalam hubungan, ini saatnya Anda bertindak demi pasangan dan diri Anda sendiri.
1. Cari tahu tentang penyakitnya
Sama seperti gangguan jiwa lainnya, gangguan bipolar dapat ditangani dan disembuhkan dengan pengobatan dan terapi. Untuk mendukung terapinya, Anda harus terlebih dulu mengerti dan memahami kondisi yang diidap oleh pasangan Anda.
Gangguan bipolar sering kali disahalahartikan sebagai bentuk kecacatan karakter seseorang. Pada kenyatannya, bipolar adalah gangguan mental yang disebabkan oleh faktor-faktor biologis yang berada di luar kendali orang tersebut. Beberapa faktor risiko gangguan bipolar antara lain genetik (keturunan) dan kelainan fungsi otak.
2. Cari tahu pemicu gejalanya dan coba hindari
Gejala gangguan bipolar dapat dipicu oleh suatu hal. Gejalanya pun bisa terjadi perlahan, hampir tak kentara. Oleh karena itu, cari tahu dan pelajari apa yang dapat membuatnya kambuh dan coba untuk menghindari hal tersebut. Pelajari juga situasi hati pasangan Anda untuk coba mencegah fase depresi yang bisa datang kapan saja.
Andalah yang paling mengenal pasangan Anda luar-dalam. Jika Anda memperhatikan bahwa tingkah laku, gejolak emosi/perasaan, atau pola pikir pasangan Anda tidak seperti biasanya, tanyakan pada diri Anda apakah ini bisa menjadi pola gejala bipolarnya. Dengan mengamati perilaku pasangan Anda, hal ini juga bisa menguatkan diri dan tidak terkejut saat suasana hatinya berubah dengan cepat.
3. Tunjukkan cinta dan kasih sayang tanpa pamrih
Terima kenyataan bahwa pasangan Anda sedang sakit. Pahami juga karena penyakitnya ini, ia mungkin tidak selalu bisa menjadi orang yang selalu penuh cinta dan kasih sayang.
Namun cinta tulus Anda memiliki kekuatan untuk menyembuhkan. Bila pasangan Anda sedang mengalami fase depresif, beri tahu mereka bahwa Anda peduli dengan menunjukkan lebih banyak cinta. Mungkin akan terasa lebih sulit untuk melakukan hal ini saat mereka sedang kambuh dan melampiaskan negativitasnya pada Anda, tapi justru di saat-saat inilah mereka sangat membutuhkan cinta dan kasih sayang.
Membiarkan orang yang depresi tenggelam sebelum menawarkan bantuan adalah salah total. Depresi berat akan semakin sulit untuk ditangani, lebih mudah kambuh, dan akan semakin menebar duri dalam hubungan Anda berdua ke depannya. Menunggu juga meningkatkan kemungkinan bahwa hubungan Anda tidak akan bertahan; adanya depresi dalam suatu hubungan meningkatkan risiko perpisahan hingga sembilan kali lipat.
4. Jangan lupa cari dukungan untuk diri sendiri
Tinggal bersama pasangan bipolar akan membuat Anda terus menerus fokus pada kondisinya. Namun, jangan sampai Anda melupakan kondisi kesehatan diri sendiri. Anda bisa bergabung dengan kelompok pendukung anggota keluarga pasien bipolar yang mana dapat membantu dan menguatkan Anda menghadapi pasangan. Dukungan dan pengertian dari keluarga atau teman lainnya juga bisa membantu Anda tegar menghadapi dan melewati ini semua bersama pasangan.
5. Jaga diri Anda untuk tetap sehat
Bila Anda mempunyai pasangan bipolar, tanpa disadari akan membuat kesehatan Anda bisa terabaikan. Periset di Yale University School of Medicine juga menemukan bahwa hampir sepertiga orang yang hidup dengan orang bipolar amat rentan menderita depresi dan gangguan kecemasan.
Oleh karena itu waspadai juga gejala-gejala depresi pada diri sendiri, terutama kelelahan, sakit kepala, dan rasa mual yang terus berkelanjutan. Segera konsultasikan dengan dokter untuk menemukan perawatan dan obat yang tepat untuk diri Anda.
0 Response to "Semua yang Perlu Anda Tahu Tentang Bipolar Disorder"
Post a Comment