Merasa Seperti Zombi, Ini yang Terjadi Pada Orang Dengan Sindrom Mayat Berjalan

Pernahkah Anda menonton film zombi? Ya, isinya banyak manusia yang sudah mati, tetapi masih berjalan seperti orang hidup. Alih-alih film zombi, ternyata memang ada kondisi tubuh yang membuat penderitanya merasa seperti sudah mati, tetapi sebenarnya masih hidup. Kondisi ini disebut dengan sindrom mayat berjalan atau sindrom cotard.
Read Also
Tenang, ini bukan fenomena mistis tapi kondisi yang sarat dengan penjelasan ilmiah. Dalam dunia kesehatan, memang ada yang mengalami ini. Yuk simak ulasannya berikut ini.
Apa itu sindrom mayat berjalan?

Sindrom ini memiliki beberapa nama lain yakni, sindrom cotard atau delusi cotard. Sindrom mayat berjalan merupakan sebuah kondisi yang membuat seseorang meyakini bahwa bagian tubuhnya atau tubuhnya itu tidak ada, entah tubuh itu sekarat atau memang tidak ada di dunia.
Kondisi ini biasanya terjadi karena ada hubungannya dengan depresi berat dan gangguan psikotik. Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan hilangnya kemampuan tubuh menilai kenyataan yang terjadi, seperti halusinasi.
Sindrom cotard juga bisa timbul sebagai gejala penyerta dari penyakit mental dan kondisi gangguan saraf lainnya.
Kasus sindrom costard ini cukup bervariasi, ada yang meyakini bahwa seluruh tubuhnya memang tidak ada, ada yang merasakan bahwa bagian organ tubuh tertentu tidak ada, atau ada juga yang merasakan bahwa jiwa mereka yang tidak ada.
Apa benar ada orang yang mengalami sindrom mayat berjalan?

Sindrom mayat berjalan memang merupakan kondisi langka. Tidak semua orang yang mengalami depresi berat pasti mengalami sindrom mayat berjalan. Namun memang kebanyakan orang yang sebelumnya punya riwayat depresi berat, lebih mungkin mengalami sindrom ini.
Dilansir dalam laman Medical Daily, seseorang bernama Graham yang sebelumnya mengalami depresi berat mengalami sindrom mayat berjalan. Graham tidak lagi percaya kalau dia memiliki otak atau kepala, menolak makan, dan tidak lagi tertarik dengan kebiasaan merokoknya.
Graham melihat dirinya tidak ada gunanya karena sudah mati. Ia juga jadi sering berkunjung ke pemakaman setempat karena merasakan hal yang paling dekat adalah kematian. Ia merasa bahwa pemakaman adalah tempat yang paling cocok baginya dibandingkan bertemu dengan orang-orang.
Dengan kondisi seperti itu, otak Graham diperiksa oleh seorang ahli saraf Steven Laurey dari University of Liege Belgia. Dari hasil pemeriksaan, diketahui bahwa otak Graham seperti orang yang mengalami anastesi atau tidur.
Tingkat aktivitas sel di area otak besar bagian depan dan samping terlihat sangat rendah. Area otak bagian depan dan samping adalah area yang terlibat dalam mengatur fungsi motorik, memori, dan informasi sensoris.
Apa gejala dan tanda dari gejala sindrom mayat berjalan?

Salah satu gejala yang paling dominan adalah nihilisme. Nihilisme adalah keyakinan bahwa apapun itu sebenarnya tidak ada nilainya, atau tidak ada maknanya, serta segalanya yang ada ini sebenarnya tidak benar-benar ada.
Orang dengan sindrom ini seolah-olah merasa wujud nya itu sebenarnya mati atau membusuk. Bahkan dalam beberapa kasus, orang yang mengalami sindrom ini merasa sebenarnya mereka tidak pernah ada di dunia ini.
Selain itu, gejala sindrom costard adalah:
- Kegelisahan
- Halusinasi
- Hipokondria (kecemasan atau ketakutan berlebih bahwa dirinya menderita penyakit tertentu)
- Selalu merasa bersalah
- Selalu mencoba untuk menyakiti diri sendiri
Siapa yang berisiko mengalami sindrom costard?

Para peneliti sebenarnya belum mengetahui dengan pasti apa saja penyebab sindrom costard, tetapi memang ditemukan beberapa faktor risikonya.
Beberapa penelitian menemukan bahwa usia rata-rata orang yang mengalami sindrom ini adalah sekitar 50 tahun. Meskipun begitu, kasus ini tetap mungkin dialami anak-anak dan remaja.
Orang yang berusia di bawah 25 tahun mengalami sindrom costard biasanya juga memiliki kondisi depresi bipolar. Wanita juga menjadi kelompok yang lebih berisiko mengembangkan sindrom mayat berjalan dibandingkan pria.
Orang yang mengalami kondisi medis berikut ini juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami sindrom costard:
- Gangguan bipolar
- Depresi setelah melahirkan
- Schizropenia
- Depresi psikotik
- Katatonia
Orang yang memilki masalah atau gangguan saraf berikut ini juga berpotensi lebih besar mengalami sindrom costard:
- Infeksi di otak
- Tumor otak
- Demensia
- Epilepsi
- Multiple sclerosis
- Penyakit parkinson
- Stroke
- Trauma karena cidera otak
Bagaimana dokter mendeteksi sindrom costard?

Membuat diagnosis medis mengenai sindrom ini memang cukup sulit. Sebenarnya tidak ada kriteria standar atau khusus untuk menentukan diagnosis ini.
Dalam kebanyakan kasus, terdeteksinya adanya sindrom cotard ini setelah ada kondisi lain yang muncul, bukan hanya kondisi sindrom cotard itu sendiri.
Jika Anda berpikir akhir-akhir ini memiliki khayalan seperti kondisi sindrom cotard, cobalah catat beberapa gejala tersebut. Perhatikan kapan itu terjadi, dan berapa lama berlangsungnya. Informasi ini sangat penting untuk membantu dokter membuat membuat diagnosis lebih tepat.
Bagaimana penanganan sindrom cotard?

Ada banyak cara menangani kasus ini, sangat bervariasi tergantung dengan kondisi masing-masing individu.
Meskipun begitu, ada satu perawatan yang paling umum digunakan yakni, electroconvulsive (ECT). ECT adalah perawatan khusus untuk orang yang mengalami depresi berat. ECT akan memberikan arus listrik kecil melalui otak dan menimbulkan efek kejang ringan dengan kondisi tubuh di anastesi umum.
Perawatan ECT ini tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Sebab, tetap ada efek sampingnya. Contoh, kehilangan ingatan, kebingungan, mual, nyeri otot. Karena efek ini, maka ada beberapa pilihan lain dalam penanganan kasus ini, antara lain:
- Antidepresan
- Antipsikotik
- Psikoterapi
- Terapi perilaku
- Stabilisator suasana hati
0 Response to "Merasa Seperti Zombi, Ini yang Terjadi Pada Orang Dengan Sindrom Mayat Berjalan"
Post a Comment