Masih Bolehkah Membawa Kendaraan Sendiri Walau Usia Sudah Lanjut

Bagi beberapa orang, usia lanjut tidak menjadi halangan untuk mereka bebas beraktivitas seperti zaman muda dulu. Itu sebabnya banyak orang tua yang masih rajin berkendara ke sana kemari entah itu untuk mengunjungi sanak keluarganya, sekadar mampir ke supermarket, atau bahkan pergi bekerja. Sebenarnya, apa boleh lansia mengemudi mobil atau naik motor sendirian, terlepas dari apakah mereka memang masih bugar atau tidak?
Read Also
Risiko kecelakaan lalu lintas meningkat di usia tua
Angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas di seluruh dunia dilaporkan berada di tingkat yang mengkhawatirkan. Laporan teranyar Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa ada sekitar 316.000 orang meninggal karena kecelakaan lalulintas setiap tahunnya hanya di wilayah Asia Tenggara saja. Tingkat kematian lalu lintas di wilayah ini mencapai 17 per 100.000 orang. Angka kematian yang dilaporkan di jalanan di Indonesia mencapai 31.234, meskipun angka sebenarnya bisa mencapai 47.673 jiwa, kata WHO.
Meski tidak ada rincian mengenai rentang usia berapa yang paling rentan kecelakaan di jalan, diketahui bahwa risiko tabrakan mobil pada umumnya meningkat mulai usia 55 tahun. Data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan pada tahun 2015 terdapat 40 juta orang usia lanjut (65 tahun ke atas) di Amerika Serikat yang memiliki SIM berkendara. Pada tahun 2014, terdapat lebih dari 5700 orang tua yang meninggal dan 236 ribu lainnya dirawat di UGD karena cedera kecelakaan. Pasalnya, orang tua memiliki tulang yang lebih tipis daripada orang yang lebih muda, sehingga tulang mereka bisa lebih mudah patah.
Itu sebabnya banyak pakar kesehatan yang meragukan apakah masih boleh lansia mengemudi mobil atau motor sendirian tanpa pengawasan. Beberapa negara telah menetapkan larangan berdasar hukum bagi orang-orang berusia 70 tahun atau lebih yang bandel mengemudi mobil atau motor mereka di jalanan, kecuali mereka telah mengikuti ujian mengemudi kembali.
Apa bahayanya lansia mengemudi mobil atau motor sendirian?
Seperti yang telah diurai di atas, risiko kecelakaan lalu lintas secara umum meningkat mulai di usia 55 tahun. Ini bukannya tanpa alasan. Nyetir mobil membutuhkan kesinambungan antara fokus pandangan, kesigapan gerak tubuh, dan ketajaman pemikiran. Inilah yang mungkin kurang dimiliki oleh para lansia. Tubuh terus mengalami perubahan seiring bertambahnya usia, yang menyebabkan kemampuan Anda untuk memproses dan mengolah informasi semakin menurun.
Satu riset dari sekelompok peneliti asal Nottingham Trent University yang dilansir dalam Telegraph UK menemukan bahwa kecepatan otak lansia sehat untuk memproses informasi visual sama cepatnya dengan orang-orang yang berusia 18-30 tahun. Namun begitu, ketika fokus mereka teralihkan barang sebentar saja, akan lebih sulit bagi mereka untuk kembali berkonsentrasi penuh.
Sebabnya, aliran darah ke otak serta kesehatan saraf otak akan semakin berkurang dimulai saat Anda berusia 30 tahun. Begitu memasuki usia lanjut, kemampuan adaptasi otak akan semakin berkurang. Hal tersebut akan memengaruhi keputusan otak untuk sigap bereaksi terhadap kemungkinan perubahan situasi sekitar dalam sepersekian detik, sebuah skenario yang amat familiar terjadi di jalanan.
Ditambah lagi, orang-orang lanjut usia pada umumnya menghadapi risiko penurunan tinggi badan yang tak lain disebabkan oleh penuaan. Seiring bertambahnya usia, tendon persendian dan kekuatan tulang ikut menyusut yang menyebabkan postur tubuh semakin membungkuk dan tampak pendek. Padahal postur tubuh yang baik berperan penting dalam keamanan mengemudi. Idealnya seorang pengemudi dikatakan layak berkendara sendiri ketika memiliki jarak pandang yang luas ke depan, yang dibantu dengan jarak antara mata ke gagang setir setidaknya 8 centimeter.
Selain itu, masih menurut para peneliti di atas, banyak pengemudi lansia yang memiliki riwayat penyakit kronis yang dapat membahayakan keselamatan mereka di jalan. Misalnya saja, demensia yang memengaruhi ingatan dan fungsi kognitif seseorang untuk mengingat rute, mengenali gedung-gedung sekitar, atau mengingat rambu lalu lintas. Menyetir saat gula darah rendah juga sama berbahayanya dengan menyetir sambil mabuk.
Orang yang telah berusia lanjut berisiko tinggi untuk memiliki berbagai gangguan penglihatan, misalnya presbiopi, katarak, glaukoma ataupun gangguan penglihatan lainnya karena diabetes. Kemampuan melihat dalam gelap atau ketajaman dalam menggambarkan bentuk pada akhirnya juga berkurang. Ini dapat membahayakan bagi mereka ketika berkendara, baik di siang maupun malam hari.
Yang harus dilakukan jika punya orangtua lansia yang ingin mengendarai mobil sendiri
Untuk menghindari kecelakaan, orang-orang yang telah berusia lanjut perlu memahami kondisi mereka secara keseluruhan. Sebaiknya jangan lagi berkendara sendirian jika Anda tahu bahwa respon tubuh dan pikiran Anda sudah mulai menurun, penglihatan tak lagi tajam, dan koordinasi gerak tubuh melambat. Lebih amannya, gunakan transportasi umum atau minta disupiri oleh kerabat lainnya ke tempat tujuan.
Akan tetapi, ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga lainnya untuk memfasilitasi orangtua lansia yang masih ingin mengemudi sendiri. Temanilah dirinya saat berkendara, dan duduk di kursi penumpang. Ini adalah satu-satunya cara yang paling efektif. Kemudian lihatlah apakah ada masalah yang terjadi pada gaya atau kemampuan mengemudinya. Misalnya, ketika dia kesulitan ketika berjalan mundur ataupun berputar balik, ataupun ketika harus bergantian dalam menekan pedal gas ataupun pedal rem.
Lihat juga apakah ada pola-pola tertentu yang berbeda dari semestinya. Misalnya, terlambat menginjak rem padahal ada mobil di depannya atau tidak menyalakan lampu sen ketika ingin belok. Bisa jadi orang tua Anda mengalami gangguan penglihatan karena baru dapat melihat objek tertentu pada jarak yang lebih dekat. Anda bisa menawarkan diri untuk bergantian menyetir demi keselamatannya.
0 Response to "Masih Bolehkah Membawa Kendaraan Sendiri Walau Usia Sudah Lanjut"
Post a Comment