Saking Beracunnya, Buah Eksotis Ini Menewaskan Ratusan Anak di India




Beberapa saat lalu, buah leci sempat mencuri perhatian dunia karena bertanggung jawab atas kematian 100 anak di India yang mengonsumsi buah eksotis ini dalam jumlah banyak ketika perut kosong. Namun, ternyata ada benang merah antara buah leci dan satu buah beracun lain yang juga menyebabkan keracunan massal di Jamaika tahun 2013 silam dengan gejala yang sama. Kenalkan, buah ackee.


Setelah diteliti, ternyata buah leci dan ackee mengandung racun yang sama, yaitu hypoglycin A. Nah, lho!


Apa itu buah ackee?


Buah Ackee, atau Blighia sapida, berasal dari Afrika Barat. Pohon buah ackee dapat tumbuh setinggi 12-13 meter, dengan daun yang lebar, dan buah yang bewarna kuning hingga merah terang.


Pohon Ackee dapat berbuah 2 kali dalam setahun, yakni pada bulan Januari Maret dan Juni Agustus. Selain di Afrika Barat, tumbuhan ini juga tumbuh di India Barat, dan beberapa daerah di Amerika Tengah, seperti Kuba, Haiti, Barbados.


Ketika matang, buah ackee akan membelah terbuka, menampakkan 3 biji hitam mengilap, dan dikelilingi oleh daging buah bewarna kekuningan, berminyak, dan tebal. Buah Ackee mengandung asam lemak, vitamin A, mineral zinc, dan protein.


Buah ackee, buah beracun tapi bisa turunkan demam


Beberapa kasus keracunan buah Ackee pertama kali terjadi pada tahun 1875. Kemudian pada tahun 1954, seorang peneliti bernama Hassal menemukan adanya kandungan beracun dari buah tersebut, yang kemudian diberi nama hypoglycin A dan hypoglycin B. Hypoglycin A adalah asam amino propionat, sedangkan hypoglycin B merupakan turunan dari hypoglycin A. Hypoglycin B bersifat lebih jinak dari hypoglycin A. Kedua zat ini memiliki efek menurunkan gula darah.


Keracunan buah Ackee disebut juga dengan sindrom mual muntah Jamaika. Keracunan hypoglycin seringnya terjadi akibat konsumsi buah Ackee mentah. Kandungan hypoglycin A pada buah ackee yang belum matang terhitung sangat tinggi 20 kali lebih banyak daripada buah yang matang.


Hypoglycin A kemudian dimetabolisme tubuh menjadi asam asetat siklopropil metilen, yang dapat menghambat dehidrogenase butiril koA, dan oksidasi asam lemak rantai panjang. Hambatan ini menyebabkan menurunnya salah satu produksi energi (NADH; nicotinamide adenine dinucleotide), dan asetil koA. Penurunan energi ini kemudian jadi mengganggu proses pembentukan glukosa di dalam tubuh, sehingga kadar glukosa menurun drastis akibat keracunan hypoglycin.


Uniknya, di negeri asalnya Afrika Selatan, buah ackee telah digunakan untuk mengobati demam, pembengkakan tubuh, hingga kejang. Namun penelitian dalam hal tersebut belum ada yang terbukti kebenarannya.


Apa gejala keracunan buah ackee?


Keracunan ackee (sindrom mual muntah Jamaika) muncul setelah 2-6 jam konsumsi buah pertama. Keracunan buah beracun ini menampilkan gejala mual muntah yang muncul mendadak, dan disertai dengan rasa sakit pada ulu hati.


Mual muntah mendadak bisa juga disertai dengan gejala pernapasan cepat, jantung berdebar, sakit kepala, seluruh tubuh melemas, menurunnya sensasi sensorik tubuh, perubahan status mental, hingga keringat berlebihan.


Setelah kurang lebih 18 jam, gejala mual muntah yang kedua bisa muncul. Jika pengobatan tidak segera diberikan, gejala dapat memburuk hingga menyebabkan kejang, koma, bahkan kematian.


Kalau keracunan buah ackee (atau leci), ini yang harus dilakukan


Penanganan keracunan buah ackee (atau leci, sekadar untuk berjaga-jaga) haruslah mengutamakan upaya pengembalian kadar gula darah ke batas normal, dan mengobati setiap gejala yang muncul  seperti pemberian dosis obat anti mual muntah, dan obat anti kejang jika pasien kejang.


Selain itu obat yang juga penting untuk diberikan ialah antidot activated charcoal, yang dapat menarik racun dari pembuluh darah kapiler.


0 Response to "Saking Beracunnya, Buah Eksotis Ini Menewaskan Ratusan Anak di India"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

loading...

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

loading...