Hoax tentang Penularan HIVAIDS, Ini Faktanya

Hoax tentang Penularan HIV/AIDS, Ini Faktanya

Hoax atau berita bohong tidak hanya yang berkaitan dengan dunia politik, bidang kesehatan pun tidak luput dari hoax. Salah satu hoax yang cukup meresahkan adalah tentang penularan HIV/AIDS. Selain meresahkan masyarakat secara luas,informasi yang simpang siur ini juga kian memperburuk stigma terhadap ODHA dan menghambat tenaga medis untuk melakukan perawatan terhadap mereka. Aktivis yang ingin memperjuangkan hak para ODHA atas diskriminasi sosial yang dialami pun terhambat karena orang-orang yang mempercayai hoax-hoax tersebut.

Dokter Adyana Esti, tenaga medis dari klinik dari Angsamerah Jakarta memaparkan sejumlah hoax tentang penularan HIV/AIDS yang beredar di masyarakat:

Virus HIV dapat tertular melalui kontak sosial

Kontak social seperti salaman itu tidak akan menular. Tuker-tukeran handphone, atau berenang di kolam renang yang sama itu tidak akan menular. Memang ada virus yang dibawa oleh cairan tubuh tetapi jumlah yang dibawa cairan tubuh tersebut tidak cukup untuk menularkan virus HIV. Karena virus HIV cepat sekali matinya.

Virus HIV paling banyak tinggal dan aktif di dalam darah, ada juga di cairan vagina, cairan semen, dan ASI. Virus ada di dalam air liur, air mata, dan keringat, tetapi dengan jumlah yang sangat sedikit sehingga tidak cukup untuk menularkan virus HIV.  Karenanya, penularan virus HIV bukan karena kontak sosial.

HIV bisa ditularkan melalui pembalut kewanitaan yang sudah terkontaminasi virus

Warnanya yang putih membuat noda apa pun yang menempel, terlihat dengan jelas, misalkan saja cairan, pasti terlihat karena permukaannya putih bersih. Logikanya, ketika melihat pembalut seperti itu, apa iya masih akan digunakan? tegas dr. Esti, dalam talkshow bertema Tangkal Hoax-nya, Pahami Fakta HIV/AIDS di Jakarta pada Kamis, (09/08/2018) lalu. Faktanya, virus HIV akan mati dalam waktu kurang dari satu menit jika sudah keluar dari tubuh. Sehingga informasi penularan melalui pembalut wanita tersebut tidak patut untuk dibenarkan.

Punya pasangan ODHA pasti tertular

Ada beberapa KUA memang mewajibkan untuk pemeriksaan HIV. Kalau misalnya si wanitanya yang ODHA, itu bisa dikasih ARV dulu, jadi ketika hamil, sebelum punya anak, anaknya tidak tertular lanjut dr Esti. Jika salah satu pasangan positif, tidak berarti anak mereka juga sudah positif tertular HIV. Berbeda kasus jika orangtua dari calon anak dua-duanya telah positif terdeteksi membawa virus HIV.

ARV (antiretroviral) adalah obat untuk ODHA. Mekanisme kerja ARV ada dua. Yang pertama menonaktifkan virus, dan yang kedua untuk menahan virus tersebut berkembang biak. Virusnya dihambat. Bentuk ARV itu sendiri adalah tablet. Karena sampai saat ini, beredar hoaks ARV yang katanya dapat menyebabkan kerusakan hati karena bahan kimianya.

Agar tidak termakan hoax, biasakan untuk mengklarifikasi dan mengulik informasi lebih jauh tentang informasi yang Anda terima. Ada baiknya masyarakat menunjukkan kepedulian pada penderita HIV/AIDS dengan tidak menstigma teman-teman ODHA di luar sana. 

0 Response to "Hoax tentang Penularan HIVAIDS, Ini Faktanya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

loading...

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

loading...