SADANIS, Deteksi Dini Kanker Payudara

Kanker payudara menjadi kasus kanker yang paling sering ditemui. Menurut DR. dr. Samuel J. Haryono, SpB (K), spesialis bedah onkologi, penyebab persis kanker payudara tidak diketahui, tapi statistik menyatakan ada beberapa faktor risiko, yaitu usia (perempuan berusia di atas 30 tahun berisiko terkena kanker payudara), gaya hidup seperti alkohol, lemak, obat-obatan dan rokok dapat memicu kanker payudara. Sedangkan genetik hanya 5-10 persen saja. 

Menurut dr. Samuel, sebenarnya kanker payudara bisa ditangani dengan optimal, bila terdeteksi sejak dini. Sayangnya, banyak pasien yang baru datang ke dokter ketika sudah stadium lanjut. 

Riset Penyakit Tidak Menular (PTM) 2016 menyatakan perilaku masyarakat dalam deteksi dini kanker payudara masih rendah. Tercatat, 53,7% masyarakat tidak pernah melakukan Sadari, sedangkan 46,3 % pernah melakukan Sadari, dan 95,6% masyarakat tidak pernah melakukan Sadanis, sementara 4,4% pernah melakukan Sadanis. 

Lebih lanjut dr. Samuel mengatakan bahwa alasan orang malas melakukan pemeriksaan sejak dini karena benjolan payudara tidak terasa sakit, dan penderitanya kebanyakan sudah menopause dan berpikir tidak ingin merepotkan keluarga. Pola hidup juga memengaruhi, kalau tidak ada kanker tidak akan periksa, dan ketidaktahuan juga menjadi salah satu faktor, kata dr. Samuel, pada acara bincang-bincang yang diselenggarakan Royal Philips, dengan tema Lakukan SADANIS, Selamatkan Diri Sejak Dini, pada Jumat (27/10/2017) di Jakarta. 

Di tempat yang sama, dr. Niken Wastu Palupi, MKM, Kasubdit Penyakit Kanker & Kelainan Darah Kemenkes RI mengatakan masih minimnya kesadaran masyarakat akan bahaya kanker payudara menjadi perhatian pemerintah. Edukasi perlu diberikan terus menerus, yang dapat  dilakukan oleh yayasan, pemerintah, pihak swasta, dll. Lakukan Sadari 7-10 menit setiap bulan. Dan Sadanis bisa dilakukan di puskesmas secara gratis, katanya. 
 
Senada dengan dr. Niken, Linda Gumelar sebagai Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI), menyadari masih minimnya edukasi pada masyarakat terhadap bahaya kanker payudara. Sosialisasinya kurang, di beberapa daerah bahkan ada yang baru mendengar tentang Sadari, katanya. 

Tak hanya itu, banyak juga orang yang tidak mau melakukan Sadari karena image yang mereka terima bahwa bila terkena kanker, sudah pasti mati. Kenyataannya, kanker yang ditemukan pada stadium awal masih bisa ditolong. Karena itu, deteksi dini perlu dilakukan.

Deteksi kanker payudara menggunakan USG dan mamografi. Mamografi untuk saat ini hanya terdapat di rumah sakit besar. Biasanya mamografi dilakukan untuk mendeteksi kasus-kasus yang tidak ada gejala pada payudara, ujar dr. Samuel. 

Sebagai perusahaan yang memiliki komitmen membuat masyarakat lebih sehat, Philips mendukung gerakan Sadari. Menurut Suryo Suwignjo, Presiden Direktur Philips Indonesia, Philips memiliki komitmen untuk meningkatkan kesehatan di seluruh dunia hingga 3 miliar per tahun hingga tahun 2025. Acara ini merupakan upaya kami untuk meningkatkan kesadaran untuk deteksi dini kanker payudara, katanya. 

0 Response to "SADANIS, Deteksi Dini Kanker Payudara"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

loading...

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

loading...